Meniru kecintaan dan rasa sayang kepada yang tercinta Rasulullah
By Farhati Mardhiyah - 8:15 AM
Tulisan ini tulisan lama, sebenernya oret-oretan di diary setelah mengikuti rangkaian haul siti fatimah di rumah kedung paruk.
sebenarnya sedari kecil sudah mengikuti haul siti fatimah, cuma masih ga peduli kenapa sih ngadain pengajian besar sampe seribuan orang kan capek belum lagi dana yang keluar gede. dan akhirnya saya mendapatkan jawaban kenapa diadakan haul siti fatimah di rumah.
alasannya adalah, begini cerita bapak.
mbah Malik adalah sosok yang sangat mencintai Rasulullah SAW, dan keturunanannya. Jadi dari dulu mbah itu sangat sayang sama habib, sangat ngemong, dari yang sepuh sampe yang masih piyik-piyik, makannya itu rumah si Mbah adalah rumah habib juga karena mereka terlalu betah disana, mbah ya seneng-seneng aja, mencintai keturunan rasulullah sama saja kita memuliakan mencintai rasulullah, itu salah satu bentuk kecintaan.
kemudian ketika berkumpul dengan habib-habib sepuh tercetuslah sebaiknya diadakan haul siti fatimah, tujuannya apa? tujuannya untuk membekali habib-habib muda, wadah berkumpulnya habib-habib, disitu. yang sebenarnya adalah haul siti fatimah di rumah itu menjadi tanggung jawab habib-habib namun seusai mbah meninggal sepertinya tujuan haul siti fatimah belum dipahami oleh habib habib saat ini di lingkungan sekitar purwokerto.
masih kagum sama mbah, begitu cinta dan ngemongnya. karena saya tau tipe habib, ada yang suka ilmu, ada yang gila hormat karena merasa keturunan rasulullah, tapi rasa-rasanya mbah tidak menghiraukannya, mbah tetap mencintai mereka karena saking besarnya cinta ke rasulullah, duh ini bikin ngiri.
ada satu cerita lagi.
ketika haul siti fatimah, pas proses mahalul qiyam (posisi berdiri), mbah malik dan habib luthfi di depan menari-nari, kata bapak menari-nari karena menyambut datangnya rasulullah dengan gembira, beliau beliau itu merasakan rasulullah telah hadir sehingga disambut dengan gembira, subhanallah saya mendengarnya sampai merinding.
banyak kisah-kisah mbah untuk patut dicontoh, dari mencintai rasulullah, tawadu' dengan ilmu, nasionalismenya juga gak ketinggalan, dan tentunya kerendahan hati melepas darah birunya.