Jakarta Humanity Festival 2019 Ajak Millenial Mulai Berani Berbagi Kebaikan
By Farhati Mardhiyah - 3:16 AM
Baca Juga
Bencana yang terjadi di Indonesia belakangan ini seharusnya menimbulkan rasa kemanusiaan dan kepeduliaan dengan melakukan kebaikan seperti bagaiamana respon kita ketika mendengar atau melihat terjadinya isu kemanusiaan di lingkungan sekitar.
Rasanya kaum Milenial atau pada saat era Milenial saat ini masih banyak respon "oh, terjadi bencana di sana" ketika mendengar atau melihat suatu bencana alam maupun krisis kemanusiaan di suatu daerah. Kira-kira apa penyebabnya ya sampai tidak ada respon peduli, peka atau ingin mengetahui informasi lebih lanjut mengenai dampak yang terjadi di suatu daerah bencana?.
Rasa tidak peduli akhirnya bisa memunculkan hilangnya rasa kemanusiaan, salah satu penyebabnya adalah kurangnya informasi dan pengetahuan tentang isu sosial, lingkungan maupun kemanusiaan. Siapa sih yang betah menerima informasi maupun pengetahuan, kalau tidak ada kepeduliaan bahkan ketertarikan?.
Nah, Dompet Dhuafa telah menyelenggarakan Jakarta Humanity Festival 2019 yang tujuannya adalah mengajak generasi muda untuk saling menebarkan nilai-nilai kebaikan untuk perubahan respon manusia di dalam isu sosial.
Mini Exhibition Jakarta Humanity Festival 2019 |
Kenapa Generasi Muda?
Generasi muda saat ini atau disebut kaum Milenial punya porsi sepertiga jumlah penduduk di Indonesia, porsi inilah yang nantinya akan memimpin dan mengembangkan Negara Indonesia. Gak mau dong kita sebagai kaum Milenial menjadi penerus yang gak modal pengetahuan apa-apa?, maka dari itu pengetahuan isu sosial, lingkungan dan kemanusiaan penting banget sedini mungkin untuk kalian kaum Milenial.
Jakarta Humanity Festival 2019, Ajakan Untuk Saling Menebar Kebaikan
Diselenggarakan pada hari Minggu, 27 Januari 2019 di Loop Station. Jakarta Humanity Festival 2019 mempertemukan anak-anak muda yang memiliki ketertarikan pada kegiatan sosial mulai dari relawan, public figure, komunitas, lembaga sampai socioprenuer.
Ada apa saja ya yang menarik di acara Jakarta Humanity Festival 2019?
- Humanitalk : Sesi ini memberikan bekal pengetahuan, insipirasi dan pengalaman tentang isu kemanusiaan
- Workshop : Sesi ini memberikan inspirasi kreatifitas mengolah limbah sampah
- Sound of Humanity : Menikmati musik dan hiburan dengan merefleksikan rasa kepedulian terhadap isu kemanusiaan
Selain 3 acara yang sangat menarik terebut, Jakarta Humanity Festival juga memberikan suatu pameran Photo Exhibition karya relawan Dompet Dhuafa. Melihat karya foto yang dipajang tertata rapih seakan foto tersebut berbicara tentang bagaimana pedihnya yang dirasakan korban ketika bencana datang.
Saya sendiri tidak kuat melihat banyak foto yang terpajang, walaupun foto tersebut memperlihatkan keadaan pasca bencana seperti daerah Palu setelah terjadi bencana yang berkelanjutan dari mulai gempa, tsunami sampai liquifikasi. Melihat keadaan pasca bencana saja saya tidak kuat, bagaimana seperti korban yang langsung merasakaannya?
Saya sendiri tidak kuat melihat banyak foto yang terpajang, walaupun foto tersebut memperlihatkan keadaan pasca bencana seperti daerah Palu setelah terjadi bencana yang berkelanjutan dari mulai gempa, tsunami sampai liquifikasi. Melihat keadaan pasca bencana saja saya tidak kuat, bagaimana seperti korban yang langsung merasakaannya?
Salah Satu Sudut Pameran, Ada Pajangan Sisa Harta Karun Korban Bencana |
Saya lebih tertarik mengikuti Humanitalk, karena bertemu dengan seorang pakar apalagi relawan yang telah terjun langsung ke daerah rawan bencana pasti memiliki pengalaman yang sangat banyak. Benar saja, Humanitalk pertama diisi oleh Mas Syamsul dari Management Recovery dan Lingkungan Dompet Dhuafa, beliau berbagi pengalaman mengenai isu-isu sosial baik dari bencana alam maupun krisis kemanusiaan secara global sampai berbicara mengenai bencana yang ada di Indonesia.
Mulai Dari Kamu, Lalu Lakukan Bersama
Mas Syamsul mengawali acara Jakarta Humanity Festival dengan memberikan informasi dan pengetahuan mengenai keadaan bumi saat ini (What's on Earth Today). Isu yang paling penting mengenai keadaan bumi kita saat ini adalah "Perubahan Iklim".
Perubahan iklim memang sangat kuat hubungannya dengan cara manusia memanfaatkan sumber daya alam. Mas Syamsul menyampaikan bahwa permasalahan lingkungan sampai saat ini belum menjadi fokus utama, apalagi sampai diranah kekuatan politik dunia. Oleh karena itu, seharusnya kita bisa mulai melakukan cara bagaimana meminimalkan sumber daya alam yang sebenarnya punya anak cucu kita di masa depan yang akan datang.
Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Mulai dari kamu dan kita bisa lakukan adaptasi dan mitigasi. Apa sih adaptasi dan mitigasi kecil yang bisa kita lakukan?
Adaptasi bisa kita lakukan dengan memanfaatkan air bersih tidak lagi dengan cara bor, karena air yang berada di dalam tanah merupakan cadangan untuk masa yang akan datang dinikmati anak cucu kita. Dompet Dhuafa sendiri telah berhasil melakukan program "Air Untuk Kehidupan" sekaligus memberikan edukasi pada masyarakat untuk lebih wise memanfaatkan air bersih dengan cara membuat sistem penampungan air hujan yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari masyarakat.
Mitigasi sendiri bisa kamu dan kita lakukan melalui hal kecil, selain kampanye diet plastik sebenarnya yang paling urgent adalah pemakaian Tisu?. Mengapa? Karena Tisu dibuat dengan cara menebang pohon, penebangan pohon akan menyebabkan suatu bencana alam, penebangan pohon dilakukan dengan cara tindakan korupsi. Dimulai dari kamu dengan cara mengurangi bahkan diet tisu, kamu dan kita bisa mengurangi praktik tindak korupsi dan mencegah (mitigasi) terjadinya bencana.
Mas Syamsul, Management Recovery dan Lingkungan Dompet Dhuafa |
Menarik bukan? Banyak sekali pengalaman Mas Syamsul sebagai relawan Dompet Dhuafa diberikan pada sharing session, seperti pengalamannya dikirim ke Somalia yang ternyata konflik dibuat agar masyarakatnya tidak menggubris simpanan kekayaan Uranium dibawah tanah mereka, krisis kemanusian di Rohingnya yang sangat sulit penangannya.
Mas Syamsul juga mengingatkan kita untuk mulai sadar kalau Indonesia berada seperti diatas tengah wajan panas. Artinya, Indonesia berada di daerah rawan bencana, kita harus sadar sehingga lebih hati-hati baik dalam menjaga dan memanfaatkan alam, maupun mengenali tanda-tanda alam.
Kelola Sampahmu dengan Cara Paling Mudah, Buat Doodle Art pada Sampah Coffee Cup Kamu
Tren Minum Kopi saat ini memang sangat tinggi sekali, bayangkan berapa banyak sampah Coffee Cup baik dari bahan kayu, kertas maupun plastik yang menumpuk di Tempat Penampungan Akhir Sampah. Kalian harus tau, material kayu, kertas apalagi plastik tidak bisa begitu saja musnah ketika sudah berada di TPA.
Apa sih yang bisa kita lakukan?
Ratri E. Rahayu dalam sesi Workshop Zero Waste memberikan ide kreatifnya untuk mengelola sampah Coffee Cup dengan cara membuat doodle art dan gunakan kembali coffee cups di rumah untuk wadah maupun pot tanaman, inspiratif kan?
Workshop Zerowaste Remake and Reuse Coffee Cups |
Kalian bisa meniru ide kreatifnya, buat doodle art gak sulit kok, tinggal cari saja inspirasi gambarnya lalu contoh deh, nanti tangan kalian akan terbiasa mengikuti lekukan dan garis-garis doodle art, selamat mencoba!.
Pemerintah bersama Media dan Komunitas dalam Menghadapi Bencana
Pemerintah, media dan komunitas secara bersama-sama melakukan rekonsiliasi dalam menghadapi bencara yang terjadi, itulah garis kesimpulan yang diambil dari apa yang disampaikan oleh Pak Agus selaku Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana BNPB, Pak Arifin Asyhad selaku Pimpinan Redaktur Kumparan dan Citra Natasha selaku Founder House of Perempuan (Hope).
Berada di daerah rawan bencana, kita memang harus mulai sadar sejak dini. Upaya sadar bencana sejak dini bukan merupakan suatu hal yang melawan takdir, tapi sebagai bentuk ikhtiar. Dengan sadar bencana kita bisa mengetahui bagaiamana cara menghadapi bencana, mengurangi resiko bencana yang terjadi. Sadar bencana seakan harus menjadi budaya kita apalagi untuk kamu yang berada di daerah rawan bencana seperti di pesisir pantai atau dekat dengan gunung berapi. Apa saja budaya sadar bencana?.
Upaya sadar bencana yang bisa kita lakukan :
- Install aplikasi inaRisk Personal
- Kenali bahaya dan zona dari bencana di tempat kamu. Contohnya ketika melihat adanya gejala alam seperti keluarnya pijar dari gunung, hindari untu mendekat ke daerah tersebut
- Kurangi resikonya, contohnya ketika berada di pesisir pantai kalian bisa melihat akan lari kemana dan mencari tempat yang lebih tinggi, ketika berada di pesisir pantai jangan berada di posisi membelakangi laut, ketika malam hari berikan lampu menghadap ke laut. Selalu siap siaga, contohnya siapkan tas siaga di rumah.
Peran mediapun punya peranan penting, karena memberikan informasi bencana secara cepat tanggap yang diterima dari BMKG maupun dari tempat kejadian secara langsung secara berkelanjutan mulai dari proses kejadian, rehabilitasi sampai pemulihan daerah bencana. Oleh karena itu, Pak Arifin menyampaikan masyarakat harus percaya kepada media ketika memberikan informasi mengenai bencana.
Begitu juga dengan komunitas, seperti Hope yang telah melakukan berbagai aksi kemanusiaan. Komunitas terbentuk dari 4 sahabat yang memiliki passion sama lalu bergerak untuk aksi kemanusiaan. Citra selaku Founder Hope menyampaikan bahwa melakukan kebaikan tidak hanya ketika ada bencana saja, dan melakukan kebaikan harus dilakukan bersama-sama.
Berikan Informasi Melalui Karya Foto dan Video
Terakhir, sesi acara Human Exposure diisi dengan sharing pengalaman relawan Dompet Dhuafa sebagai fotografer dan videografer bencana. Mas Dhika dan Mas Pundhi berbagi pengalamannya yang terjun langsung dengan cepat ketika bencana terjadi, mereka menyampaikan bagaimana pertama kali menghadapi harus memotret ketika pasca bencana.
Melalui foto dan video, Mas Dhika dan Mas Pundhi seakan sedang berbagi informasi mengenai kejadian bencana yang telah terjadi. Mereka menyampaikan tidak mudah memasuki daerah setelah terjadinya bencana, begitu juga tidak mudah berada di daerah bencana yang masih terus berlanjut seperti gempa susulan maupun tantangan berada di tengah laut pasca tsunami di Selat Sunda Akhir Tahun 2018 lalu.
Hasil karya Relawan Fotografer dan Videografer Dompet Dhuafa |
Senang rasanya bisa hadir di Event yang begitu keren dan memicu untuk lebih melakukan kebaikan dimulai dari hal kecil. Semoga apa yang sudah saya informasikan di tulisan ini bisa menggugah kalian juga ya sama seperti saya jadi lebih ingin melakukan kebaikan. Terima kasih Jakarta Humanity Festival, khususnya Dompet Dhuafa.
Photo By
Anissa Putri Pradita
Sharing yuk, hal kecil apa saja yang sudah mulai kalian lakukan?
46 comment
Saya tertarik dengan penggunaan cangkir kertas bekas kopi dipakai pot. Itu langsung dipakai gitu saja atau ada trik nya?
ReplyDeletebisa kak langsung pakai aja kalo udah dikreasikan bikin doodle, yuk cobain kak :)
DeleteSetuju banget bahwa penanggulangan bencana tidak hanya dapat mengandalkan pemerintah, namun dengan bantuan media, komunitas serta kesadaran masyarakat sendiri untuk ikut saling mensosialisasikan bagaimana menghadapi bencana agar dapat meminimalisir korban. Nice event!
ReplyDeletebetuuul semua harus saling merangkul, jangan biarkan bergerak sendirian kan nah even jakhumfest ini salah satunya untuk merangkul semua lapisan, semoga bisa ikutan ya kak mur tahun depan :)
DeletePeran media sangat besar untuk memperoleh info apa saja termasuk info bencana alam, salut buat relawan fotographer dan videographer bencana, mereka bisa membantu memberikan informasi.
ReplyDeleteiyaaa akupun salut sama mereka karena mental, fisik, dan jiwa mereka kuat banget menghadapi pasca bencana
DeleteSenang sekali bisa mampir ke tulisan ini. Bahwa memang Indonesia berada di atas wajan panas, dimana bencana bisa terjadi kapan saja.
ReplyDeleteItulah mengapa peran media, blogger seperti kita misalnya, juga akan membantu tersebarnya berita mengenai bencana dan lain sebagainya. Pun tentang semangat menjaga lingkungan.
iyaaa ibarat wajan panas kita berada di tengah-tengahnya, memang harus sadar betul kak
Deletenah bersyukur kita sebagai blogger bisa menulis dan bisa dibaca orang lain, artinya tulisan kita bisa bermanfaat. semangat yuk kak blogger-blogger bikin tulisan informatif :)
Bermanfaat sekali tulisannya :)
ReplyDeleteIyaa benar, generasi milenial harus lebih peka akan lingkungan. Karena kelak kita yang akan meneruskan peran kehidupan. Tetap menebar informasi bermanfaat farha :)
betuuul sebagai generasi penerus gak boleh lagi cuek, semangat juga mardiyaaah :)
DeleteIni lebih membuka fikiran masyarakat tentang pencegahan bencana dengan memulai hal-hal sederhana.
ReplyDeleteBagi saya yang tinggal di pelosok daerah, saya acapkali menyelipkan ajakan untuk menjaga hutan sekitar sebagai penopang kehidupan dan menjaganya dengan baik dari tangan para perusak lingkungan semisal pembalakan, efeknya lumayan meski hanya sebatas tetangga sekitar yang dirangkul
nah sebenarnya mitigasi harus dilakukan dari hulu ke hilir ya kak git, jadi ga cuma di daerah pelosok yang diberi edukasi tentang menjaga hutan, di hilir pun juga dikasih edukasi seperti kontrol pemakaian listrik, mengurangi sampah, dan banyak lagi :)
DeleteLukisannya pada menarik tu
ReplyDeletebukan lukisan kak itu pameran foto :)
DeleteJudul event-nya saja sudah keren Mbak, Jakarta Humanity Festival. Semoga dengan acara semacam ini kemanusiaan kita kian terasah agar peka terhadap lingkungan ya..
ReplyDeletetujuannya semoga yang lain bisa tertular rasa kemanusiaannya lewat event ini, semoga sesuai tujuan hasilnya :)
Deleteacara full edukasi
ReplyDeletesaluuuttt
full bikin merinding juga kak :)
DeleteAcaranya seru dan bagus banget ya, selain itu ada aktivitas untuk berkreasi dengan paper cup ya. Selain itu mengedukasi juga jadi kita dapat memberitahu para pembaca blog juga ya mbak.
ReplyDeleteyups akupun beruntung banget diundang acara jakhumfest ini, alhamdulillah kalau banyak yang baca lalu praktek langsung di rumah :)
Deletewah mirip eyang saya nih, cup cup bekas daripada dibuang malah dijadikan pot succulent, ampe bertebaran dirumahnya, succulentnya ada dimana-mana
ReplyDeletewaah keren eyangnya kak rajin yaaa, aku sendiri belum telaten baru kumpulin sampah kering aja sih yang bisa dikasih ke pemulung atau ke tempat pengelolaan sampah
Deletekampanye bijak berplastik mungkin bisa ini yang bisa dilakukan generasi millenial lakukan. bahkan bukan cuma sekedar bijak berplastik. tapi bijak membuang sampah plastiknya juga. memberikan conton untuk tidak membaung sampah sembarangan. mulai membawa tas belanja sendiri. dan menggunakan wadah minum sendiri serta tidak menggunakan sedotan.
ReplyDeleteaksiku baru sampai bawa wadah minum sama kurangin pemakaian sedotan nih, kadang suka lupa bawa tas belanja sendiri, masih proses belajar :)
DeleteBagus acaranya menyentuh millenial gini. Jdnya millenial pun bisa ikut mulai gerakan sosial baik itu dlm hal kemanusiaan maupun melindungi alam ya mbak. Bagaimanapun jg soalnya mereka ini calon ortu di masa mendatang. Nanti yg bakal ngajarin anak2 supaya lbh punya empati pada alam dan sesama manusia.
ReplyDeletenaah betul, edukasi ini penting banget karena nanti juga yang diajarkan ke anak-anak mereka tujuannya juga kan supaya anak-anak mereka juga menikmati apa yang kita nikmati sekarang atau kemarin ya kak :)
Deletefestival seperti ini bagus ya ... bisa nambah pengetahuan
ReplyDeleteyups kak :)
DeleteKalau melihat foto yang terpajang itu mungkin perasaan bisa campur aduk. Antara sedih dan terharu. Semoga rasa kemanusiaan kita semakin terasah. Aamiin
ReplyDeleteiyaps aku yang melihat langsung gak kuat sih karena jadi ngebayangin daerah yang kena bencana di foto itu :(
DeleteMelakukan kebaikan dimulai dari hal kecil. Noted!
ReplyDeleteKeren event Dompet Dhuafa ...dan itu pameran fotonya, menakjubkan!
yapss dimulai dari hal kecil dari diri kita sendiri, iya keren banget event dompet dhuafa anak millenial banget :)
DeleteAku berusaha untuk mengurangi sampah plastik. Yee ada nama akunya :)
ReplyDeletejangan kurangin cinta kamu ke dia ya kak, gratis loh aku backlink ke blog andaaah :D
DeleteSuka sekali dengan event seperti ini mba. Yuuk mulai melakukan kebaikan dari hal-hal yang terkecil ya dan dimulai dari diri sendiri.
ReplyDeleteBetuul mba lis, dimulai dari kita sendiri yuk segera action ;D
DeleteMenurut salah satu pengamat, justru kaum milenial ini yang katanya nggak peduli tapi punya semangat sharing yang besar. Sharing apa aja sih. Sharing ilmu, bisnis dan juga bantuan. Maka nggak heran ya, sekarang ini banyak hal yang disasar justru kaum milenial. Karena mereka ini punya corong untuk menggerakkan yang lainnya.
ReplyDeleteyapss untuk sampai tahap peduli masih banyak perlu diedukasi kayaknya, mereka banyak lebih tertarik dengan hal-hal yang lagi hype sekarang kaya bisnis gitu, tapi untuk ikut bergerak dalam hal-hal besar belum kayaknya ya kak :)
Deletejadi tertarik bikin doole art dari sampah bekas kopi deh, kayaknya unik juga yah bisa jadi pajangan :D
ReplyDeleteiyaa ini coffee cups juga aku pake di rumah buat tempat wadah pensil sama spidol :)
DeleteAcaranya menarik sekali ya mbak. Saya tertarik dengan pembahasan tanggap bencananya. Dan langsung kepo dengan aplikasi inaRisk yang disebutkan di atas.
ReplyDeletebaru tau apliksai inaRisk ya kak? akupun baru tau dari acara jakhumfest ini hahaha
ReplyDeletesetuju banget kak, susah kalau penanggulangan bencana cuma dari usaha pemerintahan aja, apalagi sekarang jaman serba digital, semua orang pakai smartphone dan apa-apa cari di mbah gugel. Peran media online bakal membawa dampak besar. Semoga informasinya bisa lebih menyebar lagi, dan aku juga mau cobain aplikasinya XD
ReplyDeleteyaps bener banget, kita juga harus ikut serta mencegah bencana yaaa, silahkan dicoba aku sudah mencoba aplikasinya :)
DeleteAcaranya bagus buat membuka mata millenials seputar bencana. Semoga bisa rutin ada tiap tahun ya Kak.
ReplyDeleteiyaps kayaknya ini acara rutinan kak bisa ikut tahun depan yaah kalau di jakarta
DeleteHi! Terima kasih sudah membaca sampai selesai-
Jika ingin bertanya, silahkan sign in Google Account/ Isi Nama dan URL terlebih dahulu agar kolom komentar kamu terlihat dan terjawab disini ya :)