Setelah menikah biasanya banyak yang merencanakan honeymoon ke Bali, Lombok atau pantai yang romantis lainnya. Beda dengan aku dan suami yang jauh-jauh hari pengen banget naik gunung bareng. Maklum, semasa pacaran kita ga berani untuk naik gunung bareng berdua.
Akhirnya setelah 3 bulan menikah, bulan Juli 2020 lalu kita berdua berkesempatan untuk naik Gunung Lawu bareng, pertama kalinya! Awww, excited banget waktu itu. Apalagi aku udah lama banget absen muncak, kurang lebih yaa 2 tahun lah.
Tanpa persiapan olahraga atau pemanasan, yang penting jalan! Untungnya suami udah punya perlengkapan hiking yang sudah dicicil sebelum nikah, jadi emang niatnya bisa dipake istrinya juga gitu.
Alat-Alat yang Perlu Dibawa Saat Mendaki
Karena kita mendaki cuma berdua, jadi sebenarnya gak terlalu repot sih mempersiapkannya. Kebetulan karena suami udah berkiblat pada Ultralight Hiking, barang-barang yang dibawa termasuk enteng. Tas carrier-pun kecil banget yang dibawa.
Untuk mendaki ala ultralight hiking, menurut ceritanya suami paling gak berat tas itu gak boleh lebih dari 5kg. Nah, kalau kamu sering melihat tas carrier menjulang tinggi, beda dengan ultralight hiking yang lebih memilih tas yang lebih kecil dengan peralatan mendaki yang lebih ringan.
Jadi, seperti kompor, tenda, alat makan itu ada loh tipe ultralight hiking. Perbedaan yang sangat jelas dari segi berat barangnya.
Nah, ini alat-alat mendaki yang dibawa untuk pasangan suami-istri
- 2 Sleeping Bag
- 2 Jaket
- 2 tracking pole
- 2 Sepatu gunung merk New Balance
- 1 alat masak (nesting plus kompor)
- 1 tenda ultralight
- Persediaan makanan
- 1 set pakaian cadangan
- 1 matras alumunium foil
Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho
Tim Pasangan Suami Istri Naik Gunung |
Gunung Lawu ini memiliki ketinggian 3.265 mdpl, ada 5 pilihan jalur pendakian yang bisa dipilih. Nah, berhubung aku udah lama gak naik gunung dan 2 sepupu yang juga pasangan suami istri bukan pendaki expert. Jadi, kami memilih jalur pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho yang lebih landai tapi jarak tempuh lebih panjang.
Akses menuju basecamp Candi Cetho mudah kok, tinggal search maps via Google saja nantinya kamu langsung diarahkan sampai tempat. Kebetula kami berempat menggunakan mobil pribadi dari Klaten, jadi jarak tempuh hanya 2 jam saja.
Berhubung basecamp Candi Cetho ini termasuk kawasan wisata, jadi fasilitas seperti warung, kamar mandi untuk bersih-bersih dan parkir untuk menginap lebih nyaman.
Sebelum melakukan start pendakian, kami berempat terlebih dahulu re-packing carrier atau tas gunung agar lebih nyaman di pundak dan punggung. Kami juga melakukan list ulang untuk melengkapi barang-barang yang harus dibawa.
Nah, kalau kamu dari luar kota, basecamp Candi Cetho ini juga bisa digunakan untuk tempat beristirahat. Tapi, jangan lupa ya pakai jaket dan siapkan sleeping bag juga karena diatas ketinggial 1.500 mdpl ini udah kerasa menusuk dinginnya.
Setelah carrier sudah siap, tracking pole sudah dikeluarkan, dan kami sudah lengkap menggunakan baju lengan panjang beserta sepatu gunung, sekitar jam 2 siang memulai perjalanan mendaki Gunung Lawu.
Perjalanan Basecamp Candi Cetho - Bulak Peperangan
Gapura Selamat Datang Pendakian Gunung Lawu Via Cetho |
Fyi perjalanan mendaki Gunung Lawu via Candi Cetho sampai puncak Hargo Dumilah akan melewati 5 pos. Untuk tempat camp atau beristirahat mendirikan tenda biasanya di area savana terbuka di bulak peperangan atau Gupak Menjangan.
Target kami berempat untuk pendakian hari pertama adalah mencapai Bulak Peperangan atau Gupak Menjangan, lalu dilanjutkan muncak ke Hargo Dumilah keesokan pagi harinya.
Tapi, suami dari awal gak memaksa untuk harus sampai puncak. Apalagi dia udah lebih dari 10 kali kayaknya muncak Gunung Lawu. Ya, mendaki ini itung-itung honeymoon bareng istri setelah sah pertama kalinya muncak bareng, hihi
Setelah melalui area wisata Candi, akan bertemu gapura selamat datang dan tidak jauh dari gerbang tersebut ada pos registrasi.
Jangan lupa saat di pos registrasi ini untuk lapor terlebih dahulu, biasanya akan diminta perwakilan KTP untuk ditinggal dan diminta mengisi data.
Perjalanan Pos 1 - Bulak Peperangan
Trek awal pendakian Gunung Lawu Via Cetho |
Sejujurnya perjalanan mendaki kali ini super santai banget, biasanya dengan waktu tempuh lebih dari 8 jam suami udah sampai di Hargo Dalem atau tempat warung Mbok Yem untuk camp disana. Tapi, karena suami juga udah lama gak nanjak ditambah bawa pasukan yang lelet, baru bisa nyampe bulak peperangan.
Untuk trek pendakian Gunung Lawu paling berat adalah dari pos 3 menuju pos 4, karena di trek ini mulai menanjak terus dengan tanah padat dan akar yang semakin melebar.
Perjalanan Pos 2 Menuju Pos 3 Pendakian Gunung Lawu |
Perjalanan dari pos 1 dan 2 bisa dibilang seperti pemanasan, trek pendakian mulai memasuki kawasan hutan yang dimulai dengan jalan bebatuan dilanjut tanah datar yang menanjak. Lalu perjalanan paling panjang dari pos 2 sampai pos 3 yang didominasi dengan tanjakan, bonus datarnya dikit banget cuy.
Nah, jangan lupa untuk refill botol minum kalian di pos 2 karena ini pos terakhir kalian menemukan sumber mata air selama perjalanan sampai bulak peperangan.
Karena kondisi lagi gak fit, perjalanan pos 3 sampai pos 4 ini bikin energi kita terkuras, bahkan suami yang biasanya kuat jadi lemah banget karena ngantuk. Apalagi saat perjalanan ini sudah mulai gelap, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat di shelter, suami dan mas sepupu tidur 1-2 jam.
Rasanya udah K.O banget asli, kalau disuruh pilih lebih baik naik Gunung Semeru deh karena lebih banyak bonus landainya. Dibanding trek pendakian lawu yang dihajar abis-abisan terus nanjak, sampai inget treknya agak mirip sama Gunung Cikuray atau Gunung Gede via Putri.
Dari pos 4 sampai bulak peperangan karena kondisi udah gelap dan aku udah capek banget, maklum ya nanjak sama suami jadi agak manja. Rasanya udah gak kuat lagi, cemberut dan ngeluh sepanjang perjalanan, tapi suami tetep sabar wkwkw.
Makin kesel lagi sampai bulak peperangan ternyata camp penuh banget, mau gak mau harus cari spot kosong tapi ujung-ujungnya dapet yang sisaan. Ditambah lagi cuaca udah dingin banget, angin makin kenceng, suami dan mas sepupu masang tenda sampe gemetaran.
Karena buru-buru akhirnya tenda berdiri seadanya. Tenda ultralight punya suami salah posisi, jadi gak tegak dan kurang lebar. Bukannya bisa tidur malah meringkuk badan di dalam tenda dan kedinginan dong.
Niatnya mau masak mie rebus, tapi karena angin makin kenceng dan kita berempat udah capek banget, lebih baik tidur deh nahan laper sampai besok pagi ketemu matahari baru makan.
Gagal Muncak Hargo Dumilah
Tenda Ultralight, punyaku dan suami yang segitiga itu, bisa bayangin gak sempitnya di dalem |
Niatnya sih mau bangun jam 3 atau 4 buat ngejar sunrise dan muncak ke Hargo Dumilah, tapi mengingat rasa kedua kaki udah mau patah kayaknya gak sanggup lanjut perjalanan nanjak lagi.
Fyi dari Bulak Peperangan sampai puncak Hargo Dumilah butuh waktu tempuh 3 jam, itu normal kalau jalannya kaya siput dengan kaki super pegel bisa lebih dari 5 jam kayaknya.
Yasudah, dengan bijak kita berempat memutuskan untuk explore dan foto-foto di bulak peperangan aja sampai Gupak Menjangan. Menurutku sih, better naik Gunung Lawu via Cetho ini dengan perjalanan santai aja gak usah terburu-buru, dan ambil camp 2 tempat bisa di pos 3 dan bulak peperangan.
Bulak Peperangan Menuju Gupak Menjangan |
Gak Nyampe Puncak, Nyesel Gak?
Gak sih, karena pemandangan di bulak peperangan aja udah cukup mengobati kerinduanku dengan Gunung dan mendaki. Niatnya, mau balik lagi naik gunung eh ternyata malah dikasih rejeki hamil lebih cepet di bulan Oktober.
Yah, semoga setelah melahirkan nanti tenagaku bisa sekuat sebelumnya yaah untuk muncak gunung. Doakan ya teman-teman, kalau kalian suka naik gunung coba deh ajak istri atau suami kalian karena bisa uwu-uwuin pendaki lain ngiri gituu.
Yah, semoga setelah melahirkan nanti tenagaku bisa sekuat sebelumnya yaah untuk muncak gunung. Doakan ya teman-teman, kalau kalian suka naik gunung coba deh ajak istri atau suami kalian karena bisa uwu-uwuin pendaki lain ngiri gituu.