Interceptor 001, Solusi Untuk Sampah Plastik di Laut Indonesia
By Farhati Mardhiyah - 10:20 AM
Jumlah sampah plastik di Indonesia memang sangat darurat, bahkan Indonesia mendapatkan posisi kedua sebagai penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Pemakaian plastik sebagai kemasan tanpa dilakukan pengelolaan sampah ketika tidak digunakan kembali, akan berakhir ke sungai, danau, laut, maupun tertimbun di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Seperti yang kita ketahui, kemasan plastik yang terbuat dari minyak bumi bukan campuran atau 100% bahan organik, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk hancur atau terdegradasi. Rantai panjang dalam susunan bahan sintesa kimia mengakibatkan sampah yang tidak digunakan atau terbuang begitu saja berpotensi merusak lingkungan.
Berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah sampah plastik di Indoneisa setiap tahunnya menghasilkan 175.000 ton/hari atau 64 juta ton sampah per tahun. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2017, Indonesia menghasilkan 65,8 juta ton sampah dimana 3,2 juta ton merupakan sampah plastik. Mirisnya sampah plastik di Indonesia hanya 10-15% yang dilakukan daur ulang, 60-70% tertimbun di TPA, dan sisanya terbuang ke sungai, danau,dan laut.
credit : @aqualestari |
Padahal kita mengetahui betul kalau Indonesia merupakan Negara Kemaritiman yang memiliki ribuan pulau, dimana merupakan salah satu pusat ekosistem laut dunia. Perairan Indonesia merupakan tempat tinggal dari 76% spesies karang, hutan bakau dan padang lamun. Jika sampah plastik banyak yang bermuara di laut, semakin besar pula ancaman bagi kelestarian ekosistem laut dan berdampak pada kehidupan lainnya bahkan pada berdampak juga pada penurunan kinerja pariwisata Indonesia.
Menuntaskan permasalahan sampah plastik tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, upaya mengurangi jumlah sampah plastik butuh peran serta dari seluruh lapisan masyarakat, mulai dari Pemerintah, stakeholder swasta, hingga individu.
Salah satu upaya mengatasi permasalahan sampah plastik melalui kerjasama dari berbagai kelompok masyarakat, Danone-AQUA bekerjasama dengan salah satu organisasi nirlaba global yang berfokus pada pengurangan sampah plastik khususnya di laut, yaitu The Ocean Cleanup, dukungan penuh juga dari Pemerintah Indonesia yang dikoordinir oleh Kemenko Kemaritiman menggandeng Pemerintah Kerjaan Belanda, dan didukung BPPT serta Sustainable Waste Indonesia (SWI), sejak bulan Mei 2019 telah dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik sampah plastik di sungai.
Penelitian ini tujuannya mengetahui implementasi dari Interceptor 001 karya anak muda berusia 25 tahun yang juga Founder The Ocean Cleanup, Boyan Slat. Melalui penelitian ini diketahui seberapa optimal Interceptor 001 dalam membersihkan sampah yang ada di sungai pada tahapan awal di drainase Cengkareng, Pantai Indah Kapuk, dimana nantinya akan digunakan untuk membersihkan 14 sungai yang ada di Jakarta.
Boyan Slat, membuktikan bahwa sebagai generasi muda dengan kemampuan yang dimiliki dapat melakukan kontribusi dalam menemukan solusi, salah satunya pada permasalahan sampah plastik di lautan. Untuk mengetahui hasil implementasi kinerja dari Interceptor 001 di Indonesia, Boyan Slat juga turut hadir dalam Diskusi Panel bersama Danone-AQUA dan stakeholder, media, beserta inspirator muda, "Innovation on Waste Management River Plastic Interception" di Hotel Indonesia Kempiski Jakarta, pada 31 Oktober 2019.
5 Generasi Muda Ini Sudah Beraksi Untuk Lingkungan
Melakukan aksi untuk Indonesia yang lebih bersih tidak melulu harus menunggu memiliki jabatan, dibuktikan oleh 5 anak muda yang sudah berhasil bergerak melalui aksi ataupun perusahaan yang telah didirikan untuk menuntaskan permasalahan sampah di Indonesia. Pada kesempetan diskusi panel pertama dengan tema "Youth Talk: From Ideas to Action, Innovative Solutions for cleaner Indonesia", 5 Inspirator anak muda ini berkesempatan berbagi pengalamannya.
Public Figure Sekaligus Duta Lingkungan Hidup
Siapa yang tidak kenal dengan Tasya Kamila?, anak muda yang juga sukses menempuh pendidikan Magister dengan beasiswa LPDP ini ternyata sudah ditunjuk oleh KLHK menjadi Duta Lingkungan Hidup sejak umur 13 tahun. Tasya ternyata sadar kalau sebagai public figure dapat melakukan hal lebih, tidak hanya menghibur masyarakat tapi bisa juga memberikan edukasi dan mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Parongpong, Perusahaan pengelola limbah daur ulang
Rendy Aditya Wahid mendirikan filantropi sustainable ini fokus bertujuan untuk pengelolaan sampah khususnya recycle, dengan mengusung prinsip zero waste. Cara kerja pengelolaan sampah parongpong bekerja sama dengan bank sampah, memilah sampah yang dapat didaur ulang seperti botol kemasan dan untuk organik kerjasama dengan masyarakat untuk diolah menjadi kompos.
Wilah Sampah Buat Kartu Permainan Edukasi Pilah Sampah
Inspirasi Rian Sucipto membuat social design berupa kartu bermain pilah sampah ini berawal dari banyaknya ditemukan tembok perkampungan menjadi tempat pembuangan sampah. Aksinya bermula dari tembok tersebut menjadi tempat selfi karena telah diubah sedemikian rupa dengan tambahan mural yang eye catching, namun pembuangan sampah hanya berpindah tempat yaitu dibelakang tembok tersebut. Selang beberap waktu, Rian menyadari untuk mengatasi permasalahan sampah tidak hanya cukup diberikan fasilitas tapi edukasi yang paling penting.
Agar lebih menarik, Rian membuat sebuah permainan edukasi tentang pemilahan sampah melalui Kartu Wilah Sampah yang diperuntukkan untuk anak-anak usia 7 tahun keatas. Wilah sampah ini berhasil mendapatkan juara 1 Board Game bertema sosial pada kompetisi Kurawal 3.
GO Limbah, Inovasi Pengelolaan dan Daya Guna Limbah
Founder dari Guna Olah Limbah (GO Limbah), Archie menyampaikan kalau perusahaan ini bergerak dalam daur ulang dengan menggunakan teknologi hidrotermal. Sejak tahun 2015, perusahaan ini berupaya mengolah limbah untuk dikembalikan ke asal produknya. Salah satu yang dilakukannya adalah mengolah sampah plastik melalui pirolisis menjadi minyak. Sampah yang tidak terolah lainnya juga berhasil dilakukan Go Limbah, seperti Popok, bungkus mie instan dan plastik berwarna non-daur ulang.
Investa, Program Lingkungan Untuk Menjaga Ciliwung
Mahasiswa semester 7, Akbar Renaldy memiliki aksi Investa (Integrated Waste Investment Initiative for Ciliwung), program lingkungan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen sampah dan ekonomi sirkuler di Kelurahan Srengseh Sawah, Jakarta Selatan melalui program investasi sampah terintegrasi. Basic tumbuh dan besar di lingkungan pegunungan dan laut, menggugah Akbar membuat project untuk menyelamatkan lingkungan khususnya ekosistem laut dari sampah.
Itulah aksi dari 5 generasi muda ikut berperan dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Lalu, bagaimana dengan peran pemerintah?. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, sampah plastik dapat bergerak terbawa sungai lalu bermuara di lautan, faktanya 80% sampah di lautan memang berasal dari sungai, dimana 45 - 70% sampah dilaut merupakan sampah plastik yang sulit terdegradasi dan berpotensi mencemari ekosistem laut.
Sinergi Pemerintah, Danone-AQUA , dan The Ocean Cleanup Untuk Laut Indonesia
Peran pemerintah sebagai komitmen menuntaskan permasalahan sampah plastik di Laut, melalui Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penegelolaan Sampah, disampaikan juga oleh Presiden Joko Widodo pada G20 Summit tahun 2017 di Jerman, Indonesia memiliki target pengurangan sampah plastik di laut sebanyak 70% pada 2025.
Komitmen pengurangan dan penanganan sampah juga dilakukan oleh Danone-AQUA, pelopor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Minuman Ringan di Indonesia sejak tahun 1973, memiliki visi One Planet, One Health. Kalau kalian sudah menemukan botol kemasan terbaru dari air mineral pertama dari AQUA yang terbuat dari 100% dari plastik daur ulang, itu merupakan salah satu upaya Danone-AQUA untuk menyediakan hidrasi sehat dan menjaga keberlanjutan alam.
Bahkan, sejak tahun 1993 Danone-AQUA sudah memprakarsai program daur ulang pertama sebagai langkah awal menuju model pengemasan lebih sirkular. Danone-AQUA juga bekerja sama dengan pemerintah, komunitas pemulung, bank sampah dan pemangku kepentingan lainnya, membentuk program mengumpulkan 12.000 ton sampah setiap tahun melalui 6 unit daur ulang yang juga dilakukan pengolahan menjadi bahan baku botol baru.
Corine Tap selaku Direktur Utama Danone-AQUA menyampaikan keinginannya untuk segera menggunakan lebih dari 50% bahan daur ulang pada botol kemasan. Selain mengumpulkan sampah, Danone-AQUA juga memiliki target di tahun 2025 unuk dapat mengumpulkan dan mengolah lebih banyak sampah plastik dibandingkan dengan yang digunakan, 100% menggunakan bahan yang dapat di daur ulang, digunakan kembali, atau dapat terurai. Komitmen ini diawali dengan gerakan #BijakBerplastik yang dimulai tahun lalu, gunanya untuk menumbuhkan budaya daur ulang serta tanggung jawab lingkungan di Indonesia.
Tidak hanya mengumpulkan sampah plastik di darat, sebagai dukungan program pemerintah dalam menurunkan angka sampah plastik di laut, Danone-AQUA bekerjasama dengan The Ocean Celanup untuk memulai penelitian pengoperasian alat Interceptor 001 yang bukan hanya mencegah sampah plastik masuk ke laut, namun juga membantu membersihkan sungai-sungai di Indonesia.
Interceptor 001 Berhasil Kumpulkan Sampah 1,8 Ton/Hari
Interceptor 001 ini sebuah alat untuk mencegah atau intersep sampah di sungai, alat yang digunakan ini merupakan hasil penelitian bertahun-tahun dari Boyan Slat untuk menemukan solusi tepat sampah di laut. Alat ini sebagai penelitian dan percontohan intersepsi sampah plastik di Sungai, untuk melihat jenis, berat, komposisi dari sampah, aliran sampah di sungai, hingga polarisasi atau daur ulang.
credit : @aqualestari |
Menurut Boyan Slat, sampah benar-benar hilang dari laut bisa dilakukan dengan cara "menutup keran" sampah plastik yaitu sungai, agar tidak ada lagi aliran sampah plastik masuk ke laut. Interceptor 001 mulai beroperasi Mei 2019 di Drainase Cengkareng untuk menemukan metode pengumpulan dan pengolahan sampah plastik dari sungai terbaik agar sampah tersebut tidak mengotori laut. Penelitian yang berlangsung di lokasi yang sama dengan Interceptor 001 tersebut mencakup 3 lingkup, yaitu:
- Plastic Waste Flow – mengukur kuantitas dan tipologi sampah plastik di sungai
- Facility Design – mengembangkan sistem pemilahan yang efektif dan aman untuk memprosessampah plastik dari sungai
- End Market Solution – mengindentifikasi teknologi dan industri yang mampu mendaur ulang sampah plastik dari sungai
Lalu, setelah 5 bulan beroperasi di proyek percontohan, berikut hasil Implementasi Interceptor 001
- 1,8 Ton Sampah/hari berhasil diintersepsi dalam pengoperasian Interceptor 001 24jam/hari
- 466 kg sampah plastik/hari berhasil diintersepsi dalam pengoperasian Interceptor 001 24jam/hari
- 60% limbah yang mengalir melalui sungai di musim kemarau berhasil dipulihkan
credit : @aqualestari |
Cara Kerja Interceptor 001 Dalam Membersihkan Sampah di Sungai
Alat canggih untuk membersihkan sampah ini sangat ramah lingkungan, karena menggunakan 100% tenaga surya dengan baterai lithium-ion, sehingga dapat beroperasi siang dan malam tanpa adanya suara bising atau mengeluarkan asap yang berpotensi menjadi polutan bagi lingkungan.
Cara kerja Interceptor 001, sampah akan terbawa oleh pembatas (barrier) menuju Interceptor 001 lalu masuk ke dalam conveyor belt. Selanjutnya dibawa ke kontainer penampungan, nantinya akan ada petugas Dinas Lingkungan Hidup (Pasukan orange) untuk mengangkut sampahnya.
Alat ini memang dibuat untuk menyaring sampah di sungai, setelah dikumpulkan akan dipilah kemudian baru dibawa ke darat oleh petugas. Alat ini sangat berperan untuk mencegah sampah plastik lolos bermuara ke lautan.
Sampah yang tertangkap oleh Interceptor 001 di Drainase Cengkareng, Pantai Indah Kapuk, Jakarta credit : @aqualestari |
Yuk, Berperan juga Melalui Ikut BijakBerplastik
Ingin ikut berperan mengurangi sampah plastik di Laut? ingin Indonesia lebih bersih?, kita juga bisa ikut berperan serta dengan melakukan hal kecil namun ikut memberikan dampak lebih baik untuk Indonesia yang lebih bersih, terutama menyelamatkan dan memelihara ekosistem sumber daya alam Indonesia.
Hal kecil apakah itu?
Gerakan pionir Danone-AQUA yaitu #BijakBerplastik memang memiliki pengaruh besar dalam menumbuhkan budaya daur ulang kepada masyarakat. Sesuai targetnya pada tahun 2025 untuk lebih banyak lagi mengumpulkan dan mengolah lebih banyak lagi sampah plastik, Danone-AQUA bekerjasama dengan pemangku kepentingan seperti bank sampah, pemulung, komunitas, lembaga swadaya masyarakat, dan Hotel untuk mengambil kembali botol plastik bekas paska konsumsi, khususnya botol PET air minum dalam kemasan miliki AQUA.
Sudah mengetahui konsep Circular Economy?
Umumnya kita mengetahui pengelolaan sampah melalui konsep 3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Menerapkan Circular Economy dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya melakukan prinsip daur ulang, namun juga turut memperpanjang usia produk, menggunakan produk secara berulang ataupun dengan memanfaatkan produk yang tidak digunakan untuk kepentingan orang lain.
Penerapan konsep Circular Economy ini sudah berhasil diterapkan Eropa, dimana sebagnyak 53% sampahnya sudah berhasil dilakukan daur ulang kembali. Dalam keseharian, kita juga bisa mulai menerapkan konsep Circular Economy, caranya dimulai dari memilih dan menggunakan produk dari produsen yang juga menerapkan Circular Economy dengan mengambil kembali barang paska pakai dari konsumen, salah satunya Danone-AQUA.
Pada konsep Circular Economy yaitu share, repair, reuse, remanufacture dan recycle, Danone-AQUA menjalani konsep tersebut melalui melakukan proses daur ulang kembali pada kemasan paska pakai melalui pengumpulan botol kemasan Drop Box, bank sampah ataupun pemangku kepentingan lain yang telah bekerjasama. Selanjutnya, produk daur ulang digunakan kembali sebagai kemasan yaitu produk AQUA-Life dimana kemasan tersebut dapat diolah kembali 100%, keren kan?.
Nah, sebagai anak muda kita bisa ikut kontribusi dimulai dari hal kecil dengan menerapkan #BijakBerplastik dalam kegiatan sehari-hari. Caranya cukup mudah, lakukan pilah sampah lalu kumpulkan, kalau sudah merasa cukup segera kirimkan ke bank sampah atau drop box, smash, yang tersedia di wilayah terdekat kalian, mudah kan?.
Credit : @aqualestari |
Salam,