perjalanan kali ini adalah mengabulkan keinginan lama yang baru kesampaian "BADUY"
mungkin akan banyak bertanya, ngapain sih lo ke baduy cuma liat orang pedalaman sama kampungnya?, tapi buat saya, saya yakin ada yang lebih dari sekitar orang baduy dan kampungnya. you wont belive it? try it!
trip kali ini ikut open trip dari gress adventure, agent baru lagi tapi masih dari orang bogor. singkat perjalanannya cuma 2 hari, dengan rombong ber-48 orang. banyak sekali ya, sampe saya cuma kenal muka doang.
perjalanan ke baduy ini pertama menggunakan kereta rangkasjaya harga 15.000 dari stasiun tanah abang. saya dan rombongan berangkat dari tanah abang sekitar jam 8. kereta rangkasjaya ini kereta ekonomi ac, lumayan lah ac-an berangkatnya. nah kalo kita ngetrip menggunakan transport alias jauh gitu otomatis kita bakal dapet kenalan dan mendengar cerita baru dari kenalan kita.
pas berangkat saya berkenalan dengan dwi mahasiswa UGM semester 9, mba caca mahasiswa pascasajarna atmajaya, dan mba elly mahasiswa unila semester 8. menurut saya nih kalo kita di kereta ekonomi nah kan itu kursi adep-adepan, siapa yang duduk di depan kita itu kaya jodoh. kita ga pernah tau siapa yang akan duduk di depan kita terus tiba-tiba ada yang duduk tiba-tiba kenalan kemudian cerita ngalor ngidul pengalaman masing-masing. menurut saya ini sesuatu yang sangat apa yaaa cobain aja deh sendiri :p *gajelas*
dalam perjalanan kami bertukar cerita, saya mendengar cerita dari mba caca yang udah naik gunung kerinci ke derawan sampe rinjani yang bikin saya meltiiiing denger ceritanya, mendengar cerita mba elly tentang pantai yang bisa liat lumba-lumba loncat. cerita ini cuma bisa dapet kalo kalian ngetrip sama orang baru, dan saya menyukai sesi moment ini kalo lagi ngetrip, jadi terinspirasi gituuh.
sampai di rangkasbitung kira-kira jam setengah 10, belum sampai disitu perjalanannya. dilanjutkan dengan naik elf menuju desa ciboleuger, ditempuh dengan 2 jam. sesampainya di ciboleuger kita disambut orang-orang baduy dalam yang sudah menunggu kita. orang baduy dalam ini yang akan mengantar kita sampai ke baduy dalam, dan mereka bersedia untuk membawakan tas kita sampai baduy dalam tapi bayar yaaa. saya dan nina (travelmate saya) memilih untuk membawa sendiri karena faktor dana yang minim dan hemat, mending buat makan duitnya :P
sebelumnya saya mengira trekking ke baduy dalam cuma nanjak biasa aja yaaah bayangan saya cuma nanjak sekali dua kali doang terus turun terus sampai deh, tapiiiiiiiiiiiiiih setelah menjalankannya ternyata melebihi naik gunung menurut saya -.-
gapura baduy
baduy luar sudah memakai kaos bahkan tengtop
mulai trekking ke baduy dalam sekitar jam 1. kita melewati kampung baduy terluar, rumahnya dari bilik bambu dan model panggung ada latar yang luas. di paling luar ini depan rumah semuanya isi pernak pernik khas baduy, ada aksesoris gelang gantungan kunci kalung seharga 4000-5000, selendang tenun kecil 60.000 dan besar 200.000, ada juga kaos, baju kain khas baduy, sarung khas orang baduy dalem.
kemudian berjalan kebawah nyebrang kali, dan akan melihat tanjakan pertama. nah disini saya mengiranya bentar lagi sampe tapi eh tapi pas ketemu orang lain yang abis dari baduy dalam perjalanan masih sekitar 3 jam lagi, oooh maaaaaaaaaaaaaaaaaay!!!
tanjakan awal masih dimanjakan oleh tangga
sepanjang perjalanan banyak melewati tanjakan dengan kemiringan sekiaaan dan amat sangat terjal, ketemu turunan yang ga ada batunya bener-bener tanah merah yang licin dan becek karena hujan turun. beberapa kali saya naik dengan cara sedikit cepat dan turun dengan sedikit berlari dengan maksud mengurangi kelelahan, tapiii ternyata karena sok-sokan lari beberapa kali saya terperosok -____-
walaupun perjalanannya itu bikin menguras tenaga apalagi tanjakannya yang super duper hampir tegak, sepanjang perjalanan ke baduy kalian akan melihat pemandangan yang aduhai bikin seger mata dan paru-paru. suara jangkrik, burung, bahkan aliran sungai menjadi hiburan kalian. pemandangan bukit-bukit hijau bakal banyak kalian temuin di atas bukit yang kalian lewatin. aaah pokoknya terbayaaaar capeknya.
sampai di kampung baduy dalam yang paling luar di desa cikatarwana, disitulah kita menginap. karna baju kotor abis gara-gara kepleset dan baju juga basah banget karna keringet, saya langsung bersih-bersih menuju kali. kali ini tidak jauh dari rumah singgah saya.
kotornya celana, sebenernya faktanya itu lebih parah kotornya
kali disana bersiiiih banget, beniiing. awalnya saya ragu untuk masuk ke kali karna dingin banget dan takut kebawa arus, tapi karna terpaksa soalnya ngeliat baju yang mengenaskan kotornya akhirnya saya masuk ke kali dan nyeluuuup, berbaring dan tengkurep di kali. segernyaaa nampol airnya. saya pun bertemu dengan beberapa perempuan baduy dalam, ada yang lagi mandiin anaknya, ada yang lagi mandi dengan telanjang bulaat, ada yang lagi nyuci alat masak mereka.
kalo mau telanjang bulet sebenernya gapapa, soalnya kali untuk laki-laki dan perempuan ini dipisah. terpisahkan oleh belokan kali jadi ga akan keliatan sih dan katanya juga orang baduy dalam lakinya ga usil ngintip, aman pokoknya. pantesan perempuan baduy dalam telanjang bulet tenang-tenang aja.
kalo mau telanjang bulet sebenernya gapapa, soalnya kali untuk laki-laki dan perempuan ini dipisah. terpisahkan oleh belokan kali jadi ga akan keliatan sih dan katanya juga orang baduy dalam lakinya ga usil ngintip, aman pokoknya. pantesan perempuan baduy dalam telanjang bulet tenang-tenang aja.
ini diambil pas di luar baduy dalem ya, kalinya jernih banget
haripun semakin gelap, selesai bersih-bersih saya dan yang lain menuju ke rumah singgah dan ganti baju secara bergantian dengan menyantolkan sarung dengan cara dilebarkan untuk nutupin karena rumah singgahnya nyampur sama yang empunya rumah jadi ada anaknya. oh iya di baduy ini ga ada listrik ya jadi gelap-gelapan. pas ganti baju pun cuma mengandalkan senter hape, dan ribet abis dah kalo yang ga biasa.
bekal mentah yang kita bawa yaitu mie dan sarden diserahkan ke ibu yang punya rumah kemudian dimasakin, masaknya pun di dalem rumah make kayu. orang baduy tuh baik bangeet mau masakin makanan buat kita, nasi juga mereka yang masakin, kitanya tinggal makan. semua peserta udah kaya orang kelaperan, pas masakan udah siap langsung pada nyerbu. dan orang baduy dalamnya nunggu kita perserta pada makan pas udah selesai baru mereka makan deh, duh baik banget ngejamu tamunya.
selesai makan, si nina temen saya memilih untuk tidur, saya pun memilih ikut beberapa peserta lain untuk ke rumah jarwo. jarwoo ini semacem pak kades lah ya kalo di desa. di rumah jarwo ini kita tanya jawab ke jarwo, sekalian denger cerita dari jarwo.
yaah kurang lebihnya sama kaya di internet. baduy dalam ini memegang erat kepercayaannya yaitu wiwitan sunda yang percaya sama nenek moyangnya nabi adam. mereka ini harus berjalan kaki kemana-mana, gak boleh naik kendaraan walaupun itu perahu?.
kenapa si di baduy dalam ini patuh banget sama peraturan adatnya? karena mereka yakin sama kepercayaannya bahwa kalo mereka patuh berarti mereka berjalan dalam menuju surga, intinya bagaimana mereka mencari jalan ke surga ya dengan cara peraturan yang udah dibuat dari jaman nenek moyang mereka. semua baduy dalam rumahnya sama, baju juga sama, istri cuma satu samaa, barang-barang yang mereka punya di rumah sama, jadi ga ada kesenjangan diantara mereka itu yang membuat mereka rukun satu sama lain dengan bertetanggaan.
baduy ini memiliki satu daerah dimana daerah ini dilindungin, ga boleh dibangun rumah ataupun dibuat berladang. kalo kata jarwo ini buat keseimbangan alam, mereka udah make lahan untuk membuat rumah dan ladang masa mau dipake semua? nanti alamnya bisa marah. jadi di daerah yang dilindungin itu sengaja biar sumber air tetep terjaga. duuuh di baduy mikirin loh ini, lah kalo di jabodetabek? ga mikir mereka, bikin tinggal bikin urusan aer ngalir mah nanti akhirnya banjir, duh duh duh -.-
untuk berladang baduy dalam juga bagi-bagi lahan, jadi masing-masing punya hasil ladang sendiri-sendiri tapi lahan ladang mereka ini tetep punya bareng-bareng. kebersamaannya itu looh patut di contoh.
budaya menikah orang baduy ini punya adat dimana ada proses ngelamar 3 kali, dan khusus baduy dalam harus melalui perjodohan, kalau tidak mau dijodohkan diharuskan keluar dari baduy dalam. kalau ada yang melanggar peraturan harus dihukum yaitu dengan cara diasingkan di tempat tertentu, atau dikeluarkan dari baduy dalam. pokoknya di baduy dalam ini ga ada paksaan, kalau mau menaati peraturan adat ya monggo kalau gak ya silahkan ke baduy luar atau sekalian ga usah di baduy.
malam semakin larut dan hujan rintik-rintik pun turun lagi, saya dan peserta lainnya kembali ke rumah singgah masing-masing dengan penerangan senter yang kita bawa. sesampainya di rumah saya langsung berbaring memejamkan mata sambil mendengarkan bunyi jangkring, tetesan hujan, gelap, sunyi, syahdu, dengan hembusan angin yang masuk melalui rongga-rongga bilik bambu, berbantalkan mengkena, berselimut kedua tangan, karna terlalu lelah dalam beberapa menit saya terlelap.
jam 05.00 saya terbangun, dan bergegas menuju kali untuk pipis dan berwudhu. gelap-gelapan lagi dan pipis di kali yang sangat gelap. kali ini ke kali tempat laki-laki karna yang terdekat dari rumah singgah kali laki-lakinya.
sarapan pagi ini menu kacang ijo yang sudah dimasak oleh tuan rumah. kacang ijonya gak ada kuahnya, jadi dimasak cuman ditambahin gula merah terus di ongseng -.- saya memutuskan untuk tidak memakannya karna kacang ijo berkuah aja saya kurang suka apalagi yang begitu huhuhu.
berjalanan berlanjut dengan mengunjungi desa baduy dalam yang lebih keatas. desa ini isinya tabib-tabib biasanya kalo yang sakit dibawa ke desa ini, saya lupa nama desanya. perjalanan dari desa cikatarwana bukanlah hal yang mudah, harus melewati tanjakan dan turunan yang licin, ga deket juga looh. bayangin ada yang sakit harus melalui perjalanan yang kaya gitu ooh yaAllaah betapa nikmatnya hidup yang kau berikan. sesampainya di desa tabib ini sunyi sepii, karna lagi pada ke ladang. bedanya dari cikatarwana desa ini jalanannya ga ada bebatuan jadi lempeeng aja tanah merah.
kembali ke cikatarwana, karena harus beranjak berkemas dan menuju ke luar baduy dalam. saya menyempatkan pipis lagi karna kalau gak sepanjang perjalanan bakalan nahan pipis -.- ketika menuju kali saya melihat pemandangan ibu-ibu baduy dalam sedang menumbuk padi dengan anak-anaknya, berpakaian sarung panjang yang diselipkan (dibuat kemben) jadi sepertinya setelah menumbuk langsung mandi, karna posisi tumbuk padi sama kali berdekatan. ada juga pemandangan dua anak kecil kakak adik, dimana si kakak menggandeng adiknya dan mengusap muka, kaki adiknya pas saya mendekat ternyata si bocah adik ini habis jatuh, hebatnya kakaknya yang sekitar yaa tiga tahun lah yang menggandeng adik kecil dan membersihkan lukanya, lucu liatnya. ada juga pemandangan salah satu ibu-ibu lagi bersiin wajan, anaknya digendong dibelakang dengan kain putih panjang tanpa mukanya terlihat jadi nutupin semua badannya, saya ga ngira itu anak bayi isinya -.-
jam 9 kami beranjak pulang, berpamitan ke tuan rumah dan warga baduy sekitar rumah singgah. ditemani hujan rintik-rintik. perjalanan pulang ini rutenya berbeda dari perjalanan berangkat, kata orang baduynya lebih deket cuman jalanannya lebih banyak dan curam tanjakannyaa (jangan dibayangkan).
ternyata benar, salah satu tanjakan yaitu tanah merah becek licin dan kemiringan yang lumayan lah, itu berat sekali nanjaknya, saya sampe harus mematahkan pegangan bambu yang dipinggir, hampir aja kepleset jatoh merosot untung ditolongin sama mas erwin pffft, itu tanjakan paling parah tanah becek dan licin miringnya juga lumayan. beberapa tanjakan bakal ditemuin juga cuma masih mending lah ada batu-batu kecil buat nahan kaki. kemudian ketemu salah satu jalan juga sama tanah merah becek dan licin, nah disini saya jatoh dua kali kemudian memutuskan untuk melepas sandal saya karna menempel dan membuat sandal saya jadi berkali lipat beratnya, harapannya mengurangi tingkat kelicinan tapi eh tapi makin licin dan jatuuh lah saya. akang baduy dalam pun langsung sigap menuntun saya turun, o may gaaaat licinnya dahsyaaaat browh itu.
sepanjang perjalanan baik ke baduy dalam atau dari baduy dalam saya selalu bersama nina, dan selalu membawa tas sendiri. awalnya berniat pulangnya minta di porterin tapiih lagi-lagi masalah dana yang amaaat hemm, duit tinggal 20rebuuuu itu buat makaaan sesampainya di desa ciboleuger. jangan tanya rasanya pundak kaya apa, pundak di sebelah kiri saya aja udah bengkak -.- kaki juga rasanya udah patah sebelah karena nahan terus pas turun, sebelah kaki saya lecet karena sendal. jalanan turunnya parah, ketemu jalanan datar tapi beceknya (tanah belok gitu) minta ampuuun. pas diperjalanan saya bertemu dengan mba caca dan mas erwin, mba caca ini tasnya dibawain sama mas erwin, kemudian ada percakapan kecil dengan si nina.
sepanjang perjalanan baik ke baduy dalam atau dari baduy dalam saya selalu bersama nina, dan selalu membawa tas sendiri. awalnya berniat pulangnya minta di porterin tapiih lagi-lagi masalah dana yang amaaat hemm, duit tinggal 20rebuuuu itu buat makaaan sesampainya di desa ciboleuger. jangan tanya rasanya pundak kaya apa, pundak di sebelah kiri saya aja udah bengkak -.- kaki juga rasanya udah patah sebelah karena nahan terus pas turun, sebelah kaki saya lecet karena sendal. jalanan turunnya parah, ketemu jalanan datar tapi beceknya (tanah belok gitu) minta ampuuun. pas diperjalanan saya bertemu dengan mba caca dan mas erwin, mba caca ini tasnya dibawain sama mas erwin, kemudian ada percakapan kecil dengan si nina.
"mba caca tasnya enak banget dibawain mas erwin ya men"
"iyalah kan pacarnya, makannya ajak pacar lo"
"kalo mamas ***** mau ikut dan jadi ikut, gue manja kali ya tas minta dibawain"
"iyaa jadi cewek kok manjaa"
-.- karna saya jalan berduaan sama nina ga mungkin kan nina mau bawain tas saya, jadi saya ga bisa bermanja-manjaan ria minta tas dibawain, minta digandeng pas jalanan licin, mau ga mau jangan jadi cewek yang manja. awalnya saya mengajak ehem untuk menjaga saya dan nina maklum ke baduy ini awalnya mau ngetrip sendiri tapi kemudian karna si itu ga mau saya memutuskan nyari open trip. dan ternyata saya ga perlu minta-minta dijagain lah repotin aja, wong saya bisa mandiri kok kecuali ada yang menawarkan "aku temenin yaa biar jagain kamu" itu zupeeeer zekaliiih :D
salah satu turunan ini hampir 90 derajat loh kaya masuk ke goa -.-
gambaran tanahnya begitu lah kurang lebih, belok dan licin
perjalanan pulang celana melebihi kotornya pas perjalanan berangkat karena jatohnya lebih banyak dan tanahnya lebih beceeeeek. sampai di baduy paling luar bergegas ke wc umum dan bersih-bersih. kemudian langsung nyantap makan di warteg, lapernyaaaa ini bikin perut keroncongan.
perjalanan baduy ini menjadi pengalaman baru buat saya, melalui banyak bukit, naik turun dari satu bukit ke bukit lainnya, jalanan yang licin make sandal aja masih bisa keperosok, jalan dengan selalu menundukkan kepala sekali meleng anda terpeleset, lalu apa yang harus dibanggakan ketika bisa mencapai puncak gunung ini gunung itu? dibanding dengan orang baduy dalam yang sehari-harinya harus melalui jalan licin dan terjal hanya sekedar untuk berladang, memanen hasil ladang, menjual hasil ladang di baduy luar, menjemput tamu dari rombongan trip yang hendak ke baduy dalam, ngeporterin tas tamu ke dan dari baduy dalam, tanpa alas kaki tanpa kehausan tanpa mengeluuuh. mereka hebat dengan kaki lebar dan kuatnya, mereka hebat dengan keyakinannya, mereka hebat bertahan di lereng bukit seberang sana. maka jangan terlalu sombong mengumbar puncak yang sudah kamu capai!
kaki si orang baduy yang kuatnya melebihi sepatu dan sandal merk apapun
terimakasih baduy, dari awal ingin ke baduy saya tahu baduy ini bukan sekedar melihat rumah-rumah atau orang adat baduynya saja tapi lebih dari sekedar itu. I'll be miss you :)
21 januari 2013-
farhati mardhiyah