Penyebaran Pandemi Virus Corona di Indonesia memang semakin banyak yang dinyatakan positif, bahkan seluruh Provinsi di Indonesia, kabarnya sudah terkonfirmasi ada yang tertular pandemi COVID-19 ini.
Yang paling berat adalah, ketika kita memiliki hajat besar yang sudah direncanakan dan dinantikan sekian lama, iya pernikahan.
Yang paling berat adalah, ketika kita memiliki hajat besar yang sudah direncanakan dan dinantikan sekian lama, iya pernikahan.
Sebagai calon pengantin yang sudah menanti hari bahagia yang paling dinantikan (aduh ribet), sulit rasanya menjelaskan bagaimana perasaanku ketika harus mengambil keputusan terberat untuk menunda akad nikah sekaligus menunda resepsi pernikahan di tengah situasi pandemi Virus Corona.
Siapa sih yang gak punya pernikahan impian?. Aku sendiri sudah punya pernikahan impian yang didambakan sejak berpacaran LDR hampir 10 tahun dengan pacarku alias si calon suami.
Sebulan yang lalu, rasa bahagia itu menggebu-gebu sambil banyak obrolan betapa bahagia kami nanti akhirnya bisa disatukan dan hidup bersama (astaga, sedih).
Sebulan yang lalu, rasa bahagia itu menggebu-gebu sambil banyak obrolan betapa bahagia kami nanti akhirnya bisa disatukan dan hidup bersama (astaga, sedih).
Rasa Menggebu Berubah Menjadi Rasa Takut
Iya baru saja sebulan lalu masih menggebu, sampai akhirnya Pemerintah mulai mengumumkan adanya pasien positif COVID-19 di awal Maret (kalau gak lupa ya).
Jyujuuur, aku masih merasa aman aja, bahkan awal Maret masih ke Solo untuk tes CPNS dan wawancara di salah satu Perusahaan di Jogja.
Jyujuuur, aku masih merasa aman aja, bahkan awal Maret masih ke Solo untuk tes CPNS dan wawancara di salah satu Perusahaan di Jogja.
Iya, sampe aku tuh udah merencanakan se-demikian rapih. Kalau nanti diboyong suami, aku sudah punya tempat untuk beraktivitas selain beribadah lahir batin di rumah sama suami (astaga sedih lagi).
Bahkan, kami masih bertemu dan ngobrol banyak hal termasuk sebar undangan untuk teman-teman semasa SMA kami berdua. Kebetulan nih kita satu kelas di SMA, wkwk.
Duh, rasanya waktu itu bahagia banget karena satu bulan lagi bakal terasa cepat, kami bakal bertemu lagi di Akad Nikah awal April.
Duh, rasanya waktu itu bahagia banget karena satu bulan lagi bakal terasa cepat, kami bakal bertemu lagi di Akad Nikah awal April.
Saat berpisah di Stasiun, aku gak begitu sedih. Karena tuh udah tenang kan, Bulan depan kan ketemu lagi, bisa ketemu tiap hari juga, tinggal sebulan lagi ah gak perlu sedih, yeay! akhirnya gak LDR lagi (nangis bombay kan). Iya, ini perasaan bahagiaku sebulan yang lalu di awal Maret.
Lalu, seminggu lalu, rasa itu berubah seperti naik roller coaster udah di atas nih, tiba-tiba dibanting terjang ke bawah dengan kecepatan 10.000km/jam, udah gitu dibalik dulu, dimiringin pula, beuuuh rasanya tuh terpotek-poteng, jantung udah keluar copot kayaknya.
Kabar COVID-19 di Kabupaten Banyumas
Sebelumnya aku memang gak khawatir dengan perkembangan COVID-19 di daerah Purwokerto yang masuk wilayah Kabupaten Banyumas.
Sampai pada hari Minggu lalu, dikasih kabar oleh Mbak Ipar mengenai media online yang memberikan berita Polisi bubarkan resepsi pernikahan di Purwokerto.
Sampai pada hari Minggu lalu, dikasih kabar oleh Mbak Ipar mengenai media online yang memberikan berita Polisi bubarkan resepsi pernikahan di Purwokerto.
Mendadak aku langsung auto panik.
Perkembangan berita mengenai COVID-19 di hari Minggu itu terasa cepat banget. Baru aja Minggu pagi aku merencanakan Plan A dan B sama calon suami, mengenai rencana bagaiamana kalau terpaksa tunda akad nikah dan resepsi.
Lalu, sore hari aku mengikuti berita ter-update langsung dari Instagram Bupati Banyumas, ternyata terkonfirmasi pasien positif COVID-19 yang di rawat di salah satu Rumah Sakit Daerah, yang letaknya juga berdekatan dengan lokasi rumahku di Purwokerto.
Saat itu juga, terkonfirmasi jumlah ODP dan PDP cukup tinggi di Kecamatan tempat rumah kami di Purwokerto. Saat itu juga langsung lemas, panik, dan stress, dan terus komunikasi dengan mas calon untuk mengambil keputusan yang paling baik.
Pertimbangan Menunda Akad Nikah
Akhirnya setelah banyak berdiskusi dan banyak pertimbangan, aku dan mas calon suami memutuskan untuk Menunda Akad Nikah dan Resepsi Pernikahan di Klaten yang akan dilaksanakan di awal April.
Pertimbangan utama kami adalah, risiko dua keluarga yang datang dari luar kota, bisa saja membawa virus ini dan menularkannya di kampung kami.
Pertimbangan utama kami adalah, risiko dua keluarga yang datang dari luar kota, bisa saja membawa virus ini dan menularkannya di kampung kami.
Apalagi Keluargaku semuanya dari Jakarta, lalu harus datang ke Purwokerto untuk akad dan Klaten untuk Resepsi Unduh Mantu. Seperti yang kita ketahui, Jakarta merupakan Kota dengan jumlah kasus positif COVID-19 tertinggi, artinya ini kawasan zona merah, sudah seharusnya kami mengisolasi diri untuk tetap di Jakarta.
Lalu, untuk Resepsi pernikahan unduh mantu di Klaten, juga seperti itu. Keluarga besarku yang sebagian berasal dari Purwokerto, juga berisiko membawa Virus Corona ini.
Ya, walaupun bisa dicegah dengan membawa keluarga yang sehat aja, tapi kan Virus ini juga bisa menunjukkan tanpa gejala.
Ya, walaupun bisa dicegah dengan membawa keluarga yang sehat aja, tapi kan Virus ini juga bisa menunjukkan tanpa gejala.
Rencana Akad Nikah Tetap Di Jalankan
Mengingat kami berdua sudah menunggu waktu sah ini sudah lama, dari kedua belah pihak keluarga mendukung kami untuk tetap menjalani Akad Nikah, yang memang ini sebenarnya wajib dilaksanakan, dan lebih baik segera kan.
Tapi, di tengah Pandemi COVID-19 ini, rasanya akan menjadi egois kalau memaksa Akad Nikah tetap berjalan. Walaupun upaya kami berdua merencanakan akad nikah hanya dihadiri oleh 10 orang saja dalam 1 ruangan, sesuai himabauan dari Kementerian Agama.
Tetap saja hal itu tidak bisa menghindari tamu-tamu yang akan menghormati keluargaku untuk hadir memberikan selamat.
Tetap saja hal itu tidak bisa menghindari tamu-tamu yang akan menghormati keluargaku untuk hadir memberikan selamat.
Hal ini juga direkomendasikan oleh Wakapolres Banyumas, Wakil Bupati Banyumas, pihak Kecamatan, yang saat itu rapat di aula rumahku bersama Abangku (yah ribet memang). Dari ketiga pejabat itu, memberikan himbauan untuk menunda acara pernikahan kami.
Mengingat, nama keluarga besarku yang tidak bisa mengurungkan niat para tetangga, jamaah, ataupun yang kenal kami untuk tidak hadir.
Ditambah lagi, situasi Purwokerto masih belum stabil. Sampai saat ini, sudah terkonfirmasi 4 pasien positif dengan 1 pasien yang meninggal di Banyumas.
Ditambah lagi, situasi Purwokerto masih belum stabil. Sampai saat ini, sudah terkonfirmasi 4 pasien positif dengan 1 pasien yang meninggal di Banyumas.
Saatnya Lockdown Diri Sendiri Sampai 2 Bulan Ke Depan
Sampai detik ini, akupun masih mengikuti kabar COVID-19 di Banyumas, ini karena aku dan keluarga sedang mengatur jadwal kembali untuk Akad Nikah. Sedih banget, dari website Covid19.banyumas.go.id itu berkembang semakin banyak kasus ODP dan PDP.
Dari penjelasan Bupati Banyumas, semakin banyak ODP dan PDP ini karena adanya orang yang pulang kampung secara masif, terus-terusan sejak seminggu terakhir ini, ditambah banyak TKW yang berasal dari Negara zona merah balik ke daerah masing-masing.
Ada juga 2 kasus positif di Banyumas yang ternyata keduanya berasal dari Bekasi dan Jakarta, dan di Purwokerto itu karena mereka memilih pulang kampung.
Paham sih, banyak yang memilih balik ke kampung karena tingginya taraf hidup di Jakarta, sementara gak ada pemasukan harian disini, sedih banget, aku aja merasa seperti itu.
Paham sih, banyak yang memilih balik ke kampung karena tingginya taraf hidup di Jakarta, sementara gak ada pemasukan harian disini, sedih banget, aku aja merasa seperti itu.
Tapi, alangkah baiknya menahan ini semua sebentar aja sampai dua bulan ke depan, atau tunggu sampai 2 minggu lagi dari masa Physical Distancing yang dianjurkan pemerintah, artinya tunggu sampai minggu kedua bulan April.
Sebisa mungkin untuk yang bisa di rumah aja, tetap di rumah, lockdown diri sendiri untuk gak kemana-mana, kecuali beli kebutuhan sehari-sehari, dan itu di supermarket terdekat dari rumah aja. Beberapa wilayah di Indonesia sudah menerapkan lockdown lokal, termasuk wilayah Tegal.
Lockdown ini pro-kontra emang, apalagi Ibukota Jakarta yang jadi tempat perputaran ekonomi negara secara terpusat, rasanya sulit banget kalau harus lockdown.
Sementara, banyak warganya yang susah banget diatur dan ngeyel untuk di rumah aja, terlebih kondisi Indonesia dengan jumlah warga kurang mampu cukup tinggi, sulit ya rasanya?.
Sementara, banyak warganya yang susah banget diatur dan ngeyel untuk di rumah aja, terlebih kondisi Indonesia dengan jumlah warga kurang mampu cukup tinggi, sulit ya rasanya?.
Yang pasti, kita harus bantu mereka yang masih punya mimpi untuk harus diwujudkan. Seperti aku, dan teman-teman lainnya yang hendak menikah di tahun 2020 ini, dengan bantuan kalian tetap di rumah aja dan lakukan physical distancing, akan sangat membantu menekan penyebaran virus corona di Indonesia.
Dan juga mimpi lainnya, ada yang harus lulus kuliah, ada yang harus mendapatkan pekerjaan pertamanya, ada yang harus mendapatkan pekerjaan setelah di PHK karena pandemi virus corona ini, ada yang harus berjualan, ada yang harus cari uang untuk daftarin anaknya sekolah, dan banyak lagi.
Yuk, kita bantu Pemerintah dengan cara yang paling mudah. Please, lockdown diri sendiri dulu untuk tetap di rumah aja.
Terakhir, aku mau minta doanya, supaya kami sekeluarga diberikan umur panjang dan niat baik ini bisa terlaksana dengan baik. Doakan ya ;)
Stay Safe and Healthy yaa!