Prinsip hidup saya selalu menekankan "Proses perjalanan masing-masing insan manusia itu berbeda, yang ngatur Allah yang punya hati kita Allah, yang punya jalan kita Allah, ga usah pusing-pusing amat sama hidup orang lain". Nah.
Kalian pasti tau trending topic di Indonesia yang lagi hot-hotnya selain berita sebutan pelakor yang dilabrak si anak dibawah umur, yang beritanya sliweran di facebook laman sosial media yang berubah jadi info hujat menghujat, nyirnyir Presiden Jokowi, sampe jami'iyah facebook punya presiden sendiri, aneh bukan? Negara kita yang katanya Merdeka, NKRI harga mati tapi masih banyak masyarakatnya yang ga mau Merdeka mikir maju untuk membangun Indonesia.
Berita yang semakin ngagetin adalah ketika Ustadz Somad menjawab pertanyaan dari jama'ahnya yang mungkin juga seorang nitizen yang selalu mengamati sorotan isu di facebook atau lambe turah. Mungkin memang dari oroknya Ustadz Somad tipikal yang suka guyon, lemesin aja shaay supaya ga kaku dan diterima oleh jama'ahnya, jawaban pertama sang Ustadz diawali dengan guyonan, tapi guyonan itu salah, menurut saya diluar konteks, diluar kendali, diluar kapasitas, diluar perasaan.
Kalian pernah ga sih diledekin disuatu forum, atau di kelas deh dulu waktu SD, SMP atau SMA. Diledekin dan itu jadi bahan empuk seluruh isi manusia ketawa dan itu ngetawain kita. Sakit ga sih? pasti sakit lah. Keburukan kita apalagi mengenai fisik, gendut pesek item dekil bantet idup lagi kemudian jadi bahan lelucon. Bukankah pesek itu anugrah? bukankah item dekil bantet itu seksi?
Dari pandanganku seorang perempuan yang juga punya hati dan juga pesek bantet idup lagi, pernyataan Ustadz Somed sudah melukai Rina Nose. Eh terus ada yang jawab Rina Nose sudah melukai ummat muslim karena pernyataannya di IG dan melepas hijabnya. Nah ini dia, kalian terlalu campur tangan urusan hamba-Nya dengan Tuhannya.
Rina Nose melepas hijab itu urusan dia, kita bisa apa? itu hak dia memilih ga usah ditanya kenapa sih lepas jilbab? ketika million people di Indonesia nanya ke Rina Nose, apakah dia wajib menjawab kenapa? kemudian dia cerita tentang kelok hidupnya? Itu jalan hidupnya, jangan lupa itu juga urusan Allah.
from brilio.net |
Pernyataan awal Ustadz Somad dengan konteks "pesek" itu sebenarnya yang menjadi sorotan publik, padahal di lanjutan replay videonya konteks beliau sungguh bagus, sayangnya people nitizen di Indonesia ini cukup malas untuk mengetahui lebih lanjut, ketika ada yang mencuat sedikit itulah yang diambil, begitulah people kita guys.
Tapi saya hanya mengingat kembali ketika saya sendiri mengalami proses kehidupan yang berkelok-kelok padahal ya sampe sekarang sih. Momen yang gak akan saya lupa adalah ketika saya berusaha kabur dan bolos tidak ikut sekolah Diniyah sore hari di tempat Pondok saya jaman SMA dulu. Bolosnya sebenarnya bertujuan baik, karena biasanya saya bolos bertujuan yang tidak baik dan sangat buruk. Tujuannya untuk ikut pulang ke rumah teman karena si teman saya ini telah khatam puasa Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, hemm jos ga tuh? saya sendiri aja ga pernah puasa kaya gitu, ga kuat shaay.
Delalah, ketika seluruh teman genk saya sudah nyebrang dari kantin putri menuju rumah teman luar pondok saya yang kebetulan persis di sebrang, dessss ada si Gus sebut aja GF mencyduuk saya. Akhirnya saya dibawa ke ruang kepala sekolah Diniyah. Kebetulan saya bolos pas jam ngajar Pak Kyai, hemm jos ga tuh bandelnya beraninya? ah itu mah biasa, ada yang lebih bandel dari itu, haha.
Saya diarak sama GF dan PA ke aula tempat pak Kyai ngajar, sampe di Aula saya disuruh berdiri di depan. Saya ingat betul Pak Kyai lagi ngajarin Aswaja. Ngapain saya di depan? yaak, saya didoakan Pak Kyai di depan santri putra dan putri, begini isinya "kita doakan semoga ananda farhati menjadi anak yang sholihah", sontak seluruh isi aula menjawab "aaamiinnn" sambil mereka ketawa nyengir dan nyirnyir.
Asal kalian tau aja, seumur-umur mondok saya sama sekali ga pernah di Ta'zir (hukum) dari pengurus kek, guru kek, ga ada yang berani Na'zir saya. Sekalinya di Ta'zir sama Pak Kyai dan didoain jadi anak sholihah lagi, joss kan? Pak Kyai saya emang baik hati, lembut sekali ga pernah marah apa ngomong kasar apalagi ngledekin santrinya.
Ini poinnya, ketika ada seseorang yang sedang bengkok atau mbeelok lantas apa pantas kita menghujat? ledek apalagi sampai mengiris hatinya. Rasulullah aja ngajarin ke kita kelemah lembutnya kepada seluruh ummat manusia tanpa memandang keshalehan, kekayaan, bahkan dengan yang sangat berbedapun Beliau tetap lemah lembut. Looh, ituu beratnya jadi pak Ustadz, pak Kyai, dilihat tindak tanduknya.
Benar kata irfan sebagai sesama muslim sudah dilakukan 3 langkah "menegur, menasehati, lalu tinggal mendoakan, hasil akhirnya serahkan saja itu hak dia tapi kita tetap mendoakan"
Akhir kata, saya cuma pesan sebagai warga nitizen pintar-pintarlah jangan baru liat video sedikit lalu sudah menjudge apalagi menjudge sang Ustadz yang ilmunya jauh dari kita, kita doakan saja semoga Ustadz Somad mau minta maaf atas ucapan yang menyakiti Rina Nose dan para wanita pesek di jagad raya Indonesia ini, semoga kedepannya Ustadz Somad bisa lebih luwes dan bijak dalam bertutur, seperti yang pernah beliau sampaikan sebelum-sebelumnya.
Lalu saya juga berpesan pakailah hati nurani, kalau kecewa sama Rina Nose tidak usah berlebihan meluapkan kekecawaan, biarlah dia memutuskan karena dia berhak memutuskan dan memilih atas kehidupannya.