Traveling beberapa tahun belakangan ini sepertinya memang sedang naik daun. Hari baru di tahun yang baru belum mulai tapi para traveler sudah mencari tanggal merah, bukan hal yang lumrah sepertinya. Jangan heran juga momen libur panjang natal dan tahun baru membuat sesak kota-kota wisata seperti Jogja, Malang, bahkan Jakarta sekalipun warganya sudah melalang buana entah kemana di momen tersebut.
Sejenak ku merenung....
aku rindu...
rindu...
traveling, eh jalan-jalan entah kemana.
Flashback, waktu menempuh S1 dulu kerjaannya bolang entah kemana. Ada waktu longgar sedikit sudah merencanakan mau kemana, cari tanggal yang pas, terus nabung. Wow anak kuliah jaman itu modal ngajar bimbel, jualan dan sebagainya bisa jalan-jalan walaupun paling jauh cuma ke Bali itupun ngegembel. Tapi disitu serunya, disitu kenangannya.
Ini Bunda waktu muda nak, mau tidur aja harus ke puncak Semeru |
Sepertinya momen itu ingin sekali diulang, bahagia dan semangatnya ngumpulin uang buat plan mau pergi kemana itu dapet banget, serius. Berbahagialah kalian yang bisa merasakan itu.
Tapi...
Akhirnya ku memutuskan berhenti sejenak, eh gak tau sejenak apa tidak untuk traveling. Sepertinya bukan berhenti tapi mengurangi. Alasan apa saja yang membuatku mengurangi traveling dan harus kamu renungi untuk ikut jejakku? Simak baik-baik tulisanku ini, semoga menginspirasi kalian. Hahaha
Waktu luang kalian buat siapa selain orang tua, bayangkan ketika mereka sudah tidak ada bisa diulang?
Ini dia yang paling bisa membuat diriku sendiri mengurangi ngebolang. Karena saat ini merantau, otomatis ketika ada waktu luang aku selalu menggunakannya untuk pulang. Ternyata begini rasanya merantau, rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang.
Kadang merenung, dulu ada waktu longgar sedikit bahkan hari libur sabtu minggu selalu digunakan atau dimenangkan untuk prioritas ego sendiri entah jalan sama temen atau ngebolang ntah kemana. Ternyata aku begitu egois, padahal sesekali di hari itu ada ibu yang memang lagi libur dan di rumah, ada bapak yang memang sedang ke Jakarta. ah sedih kalau boleh diulang, aku pengen ngulang milih kumpul di rumah.
Uang yang kalian sisihkan lebih bermanfaat untuk sedekah
Kalian punya uang 100.000 mungkin sudah disisihkan 25.000 untuk sedekah sisanya untuk kalian gunakan jalan-jalan, gimana kalau ditukar? pahala akhiratnya lebih besar mana tabungan akhirat untuk kehidupan abadi kalian atau tabungan kehidupan fana kalian?.
Tapi rasanya memang berat. karena manusia itu egoisnya paling besar. Aku sendiri belum bisa kaya gitu, baru bisa merenung aja. Hahaha
Gunakan waktu libur untuk benar istirahatkan jasmani rohani
Kadang manusia suka lupa, jasmani dan rohaninya perlu diistirahatkan sejenak dari aktivitas. Traveling memang bisa merefresh otak atau me-recharge semangat, tapi aktivitas traveling mana yang ga membutuhkan badan fit, kantong tebal, cuaca mendukung?
Setelah traveling tentunya kamu perlu waktu istirahatkan? kalau punya Jumat, Sabtu, Minggu terus jalan-jalan kapan istirahatnya? ambil cuti pilihannya, akhirnya gak punya cuti lagi yang bisa diambil pas ada momen penting kaya acara keluarga, sahabat baik nikah, atau tiba-tiba jatuh sakit.
Gunakan waktu luang untuk meningkatkan kualitas diri
Semakin berumur jadi mengevaluasi diri, apa aja ya kualitas gue? gue bisa apa udah 24 tahun? ternyata banyak kurangnya. Ilmu agama kurang, ilmu terapan untuk lingkungan sekitar kurang, Ilmu sosialisasi pada realitas kehidupan kurang, terlalu banyak sama kegiatan di luar entah itu di depan laptop atau mencari nafkah. Kadang suka evaluasi diri karena jadi terbentuk individualisme.
Nah, untuk itu waktu kosong kalian bisa digunakan untuk ikut gotong royong di kampung, ikut ngaji atau kajian, ikut les TOEFL atau EILTS. Ya khaaan?
Tahan traveling untuk cegah Climate Change
Kalian tau gak sih kalau aktivitas traveling itu berkontribusi menyumbang gas rumah kaca yang dapat menyebabkan perubahan iklim?
Aktivitas traveling tentunya membutuhkan transportasi, entah itu pesawat, kereta api, mobil atau motor dimana transportasi menjadi penyumbang emisi kedua terbesar setelah kebutuhan listrik. Belum lagi ketika aktivitas traveling menghasilkan sampah, mengganggu habitat asli alam yang kalian kunjungin. Menurut saya ini menjadi pro kontra sih. Traveling memang mendorong Pariwisata daerah dimana dapat menumbuhkan perekonomian daerah maupun negara, tapi dampaknya ternyata juga bisa membunuh lingkungan kalau kita-kita ini tidak punya rasa respect terhadap lingkungan sekitar kita.
Kalian bisa baca link tulisan tirto ini : Traveling Menyumbang Jutaan Ton Karbon Dioksida
Source : Tirto.id |
Sebenarnya ini menjadi kesadaran masing-masing pribadi kita, kalau mau traveling selalu ingat kebaikan apa yang sudah kita berikan ke alam? contoh : mengurangi produksi sampah dengan cara membawa tumblr saat traveling, mengurangi membeli jajanan kemasan alumunium dengan membeli jajanan pasar kemasan organik atau buah, mengurangi emisi dengan cara menggunakan satu mobil saat traveling dan mengumpulkan penumpang sepenuh-penuhnya.
Belajar yuk jadi pribadi baik untuk bumi dan meng-edukasi sekitar kita dengan hal kecil. Nah kalian bisa follow di Instagram @zerowasteadventure untuk menjadi role mode kalian traveling menghasilkan nol sampah, ini berperan loh untuk menekan terjadinya perubahan iklim.
Source : Instagram @zerowasteadventure |
Semoga tulisan ini bisa menginspirasi kalian untuk merenung, dan tetap semangat juga menabung demi plan traveling selanjutnya terwujud. Tetap jangan lupa Jaga Bumi kamu dimanapun kamu berada. Salam ceria-