[Ramadhan Talk] Ideologi Radikalisme Bersahabat dengan Media Sosial
By Farhati Mardhiyah - 9:04 AM
Assalamu'alaikum, so
happy bisa menulis lagi di blog tercinta di sela kesibukan
tesis.
Happy Ramadhan kareem, senangnya bisa bertemu kembali di
bulan Ramadhan dengan rezeki sehat, tentram, dan aman. Rasanya kita harus
banyak bersyukur karena menyambut Ramadhan dengan penuh kebahagiaan.
Kejadian
yang sangat menyedihkan beberapa hari yang lalu pasti belum bisa kita lupakan,
sebagai seorang muslim mungkin akan merasa dibunuh karakter sebagai muslim.
Bagaimana bisa terbayangkan seorang ibu tega membawa dua anak perempuannya yang
masih kecil untuk bunuh diri bersama bom yang ada diperutnya? Mungkin nalar kita
tidak akan pernah tersampaikan, apakah tujuan dari kedua orang tua tersebut
membawa serta anaknya bunuh diri ?.
Apa yang
membawa kedua orang tua tersebut termotivasi untuk bunuh diri ?. Jawabannya
adalah ideologi.
Saya sendiri
setuju dengan pernyataan "tidak serta merta mereka memiliki
niat jihad bunuh diri, namun tertanam isu-isu radikalisme dari sejak
sekolah sampai mereka dewasa". Saya benar setuju dengan pernyataan
tersebut, apalagi saya mengalaminya di lingkungan keluarga.
Saya
memiliki keponakan yang baru lulus SD kemudian memiliki niat ingin menghafal
qur'an, akhirnya dia dipondokkan di daerah Bogor yang tidak jauh dari pusat
perkotaan Jakarta. Awalnya kami curiga tempat pondok tersebut tidak terlihat
seperti sebuah pondok pesantren. Tanpa ada baliho penunjuk tempat pondoknya,
sekitar lingkungan pondokpun warganya ada yang tidak mengetahui. Nampaknya
pondok ini ada secara sembunyi-sembunyi. Kemudian berlanjut, suatu ketika
keponakan saya bercerita diajarkan oleh ustadnya cara bergelut dengan pedang,
cara memegang pistol, dan dia selalu bercerita tentang jihad. Kala itu almarhum
Bapak saya mendengar langsung marah dan menentang keras dia dengan maksud
menasehatinya. Keadaan itu diperparah dengan rasa penasaran keponakan saya
tentang jihad, terjadinya pertumpahan darah di Gaza, Palestine, Suriah, dan dia
mencari itu semua lewat media sosial. Saya yang mendengar dan melihat juga
begitu terkejut, sampai sekarang dia masih punya cerita-cerita tentang jihad
atau yang menjurus kesana, dan kadang dia suka menangis karena melihat banyak
kejanggalan di Pondoknya yang baru daerah Cirebon.
Dari
pengalaman keponakan saya, saya jadi menarik kesimpulan di era saat ini kita
harus lebih hati-hati memilih tempat sekolah apalagi masih jenjang SD-SMA.
Menurut saya mereka yang memilki ideologi radikalisme sudah menyusup di
berbagai jenjang pendidikan, media sosial, politik maupun organisasi keagamaan.
Keadaan
politik yang sedang memanas belakangan ini dimanfaatkan dengan baik oleh
orang-orang miring dengan ideologi radikalisme, jadi jangan terkejut lagi
ketika kalian buka facebook banyak sekali orang-orang menyerang Sistem
Pemerintah saat ini, kadang membuat saya merasa mereka begitu benci dengan
Presiden kita. Sayapun kadang juga sedih kalau melihat keluarga saya begitu
mudah terhasut oleh mereka untuk membenci Pemerintah kita saat ini, kadang
sampai terpancing akhirnya membentuk suatu kekecewaan dan akan selalu menilai
salah.
Sebenarnya
apa sih yang diinginkan oleh mereka? Pemahaman saya baca di Kanal berita,
perkembangan terorisme ini yang memiliki paham radikal sudah berbeda dari tahun
dimana terjadinya Bom Bali. Dulu teroris mendukung paham yang menganggap antek
Amerika ini menjajah kaum muslim dan mereka kafir harus dibinasakan, bahkan
ketika kejadian Bom Bali ada jatuh korban seorang muslim, tersangka teroris itu
puasa berturut-turut 2 bulan. Berbeda saat ini ketika paham ISIS sudah
terdeklarasi, mereka menginginkan Negara khilafah yang berdaulat syar'iah
siapapun yang tidak sepaham dianggap kafir, jadi jangan heran kejadian bom-bom
panci yang sasarannya di muka umum tanpa target khusus terjadi belakangan ini.
Anggota-anggota
mereka yang berada di Indonesia mendapatkan informasi mengenai paham radikal
yang dianut mereka melalui media sosial, berbai'at-pun (sumpah setia) melalui
media sosial, berhubungan antar negarapun melalui media sosial, bagaimana media
sosial mampu mengalangi masuknya paham radikalisme?.
Bagaimana
kita bisa mencegah radikalisme? kalau ternyata begitu
dekatnya dengan kita. Yang bisa kita lakukan adalah membantu Pemerintah dengan
cara me-report akun-akun di media sosial yang memiliki ranah paham radikalisme
baik ceramahnya, tulisannya dalam bercerita, atau apapun itu. Ini membantu agar
akun-akun itu bisa di blokir oleh pihak seperti Facebook, Instagram, Youtube
maupun Twitter.
Pict From : validnews.co |
Jangan
sampai keluarga terdekat kita teracuni paham radikalisme hanya
karena rasa penasarannya lalu mencari apa yang mereka cari di media sosial.
Lindungi keluarga kita, kitalah yang sebenarnya bisa melindungi mereka.
Indonesia beragam,
berbudaya, beragama, namun selalu rukun. Kita tidak bisa menciptakan Negara
khilafah di Indonesia seperti layaknya mereka impikan. Karena kita lahir dari
para pejuang dengan berbagai suku, budaya, ras, dan agama.