Sebenarnya saya bukan penggemar berat novel-novel dari karya mba Hanum Rais. Novel yang sebelumnya diangkat di Film Bulan Terbelah di Langit Eropa atau lainnya juga saya gak ngikutin, tau film itu juga di TV bukan nonton di Bioskop.
Sabtu lalu saya quality time dengan keluarga di Plaza Senayan untuk makan siang. Kebetulan karena masih sore dan belum ramai Mallnya, saya dan keluarga akhirnya memutuskan untuk nonton film. Nah, karena kita bawa Ibu mau gak mau harus pilih film yang sesuai, gak mungkin dong diajak nonton Bohemian Rhapsody, karena Ibu saya tuh bukan anak gaul kota pada jamannya, Ibu saya tuh anak pondokkan jadi gak kenal tuh Band Queen atau Band luar lainnya.
Baca Juga : review film- ONE DAY
Diantara saya dan keluarga yang ikut, kebetulan aku tuh pendukung Capres Nomor 1, yang lain Nomor 2. Banyak sekali yang enggan nonton film Hanum Rangga ini karena kejadian gak mengenakkan beberapa waktu lalu, yaps kejadian pengakuan mba Hanum Rais tentang Cut Nyak Dien pada saat ini adalah ibu Ratna Sarumpaet. Banyak yang males gitu, tapi aku sih gak ah, dibuat santai aja jadi hiburan.
Film Hanum Rangga "Faith and The City Pict from: 21cineplax.com |
Oke mari kita review Hanum Rangga "Faith and The City", aku akan lebih review isi filmnya ya dan logika karakter Hanum saat di novel itu dengan Hanum yang sekarang setelah kita tau kejadian hoax ibu Ratna Sarumpaet, wikwiwk
Baca Juga : Film 3 Dara 2, Belajar Berumah Tangga dari Film
Hanum Rais dulu Masih Waras?
Sepanjang film, saya menyimak betul bagaimana Hanum di film ini. Lalu saya terpesona dengan kegigihan Hanum menggapai mimpinya, idealisnya tentang kebenaran ya harus disampaikan dengan benar, kesalahan ya harus disampaikan itu salah-, lalu menjunjung tinggi nilai islam di Negara Barat sana yang mungkin pada zamannya itu setelah kejadian 9/11 menjadi sangat pelik dan pedih untuk muslim disana.
Kesimpulanku, Hanum masih waras. Eh tapi, dia kan yang mengarang sendiri novelnya gak mungkin dong karakter yang dia sampaikan itu jahat atau buruk?. Pokoknya di sepanjang film Hanum itu selalu paling benar dan kuat, sedangkan suaminya itu lemah pokoknya manut istri (Duh, idaman ini mah). Mungkin memang karakter mba Hanum seperti itu keras dan idealis, jadi ya maklum waktu kejadian hoax itu dia bersikukuh kalau ibu RS memang babak belur karena dikeroyok, wew.
Ada selipan cerita yang menarik dari film Hanum Rangga, yaitu ketika Hanum terjebak oleh produsen GNTV (Global New York TV) akhirnya membuat mba Hanum ini dibenci oleh muslim di New York kala itu termasuk sahabatnya Azima. Kala itu, mba Hanum bilang ke suaminya "aku akan membuktikan dengan Andy kalau aku bisa, apa yang aku mulai harus aku akhiri" begitu kurang lebihnya.
Rasanya gak sinkron dengan Hanum sekarang, terutama ketika kejadian ibu RS yang seharusnya mba Hanum buat klarifikasi video permohonan maaf kepada masyarakat Indonesia atas kecerobohannya. Maaf mba hanum mungkin diam lebih baik, tapi apa yang sudah dimulai harusnya diakhir kan? wikwiwkiwk
Baru magang dapet apartement cakep Pict from : hanumrangga.com |
Kualitas Film dengan Kelabilan Bahasa
Kalian nonton Ayat-Ayat Cinta 2? Kalau saya gak nonton karena setelah baca review jujur film itu jadi males nonton, katanya sih ceritanya ambigu, udah gitu bahasa yang digunakan gak sinkron dengan latar belakang film.
Contohnya ya, pengambilan film di New York, bosnya mba Hanum itu katanya sih orang Indonesia asli tapi dia seorang CEO dari GNTV masa ngomongnya Indonesia kebanyakan? ditambah lagi dengan si Phillips Brown yang jelas orang bule tulen tapi faseh bahasa Indonesia.
Mungkin maksudnya biar memudahkan kita orang Indonesia asli gitu, tapi ya gak gitu-gitu banget, kita juga udah pada pinter kok baca translate-nya kan.
Rasanya aku tuh menunggu ada film Indonesia yang memang ambil tempat di luar negri dan bahasa yang digunain yang sinkron gitu, biar gak aneh-aneh banget gitu boss.
Konflik Rumah Tangga yang Teratasi dengan Baik
Walaupun saya belum berkeluarga tapi saya selalu banyak dinasehati oleh Ibu mengenai Rumah Tangga ataupun suami istri, pengalaman juga sih dari 3 Kakak yang udah nikah dan masing-masing punya masalah atau konflik yang berbeda.
Emosi dari mba Hanum yang diperankan baik oleh Acha Septriasa cukup menolong film ini, walaupun rasanya seperti acara termehek-mehek atau drama ftv biasa, tapi karena keapikan Acha mengeluarkan emosi karakter Hanum jadi yaa cukup lah tertolong.
Konflik antara Hanum dan Rangga menggambarkan konflik yang sering terjadi oleh pasangan suami istri, mengenai ego masing-masing, mengenai impian, mengenai karir, mengenai berkorban. Sejauh ini yang aku suka dari film Hanum Rangga adalah mba Hanum berhasil mengangkat konflik sederhana antara Hanum dan Rangga, dan diberikan selipan pesan moral untuk menghargai suami dan merendahkan ego serta idealis kaum perempuan.
Ada jargon atau ajakan dari film ini yaitu "Pacaran setelah menikah", menurutku sih kurang pas karena di film ini gak ada manis-manisnya gambaran tentang pernikahan, adegan-adegan romantis dari Hanum Rangga yang disajikan menurutku basi boskuuuuh, gak cukup mematahkan ajakan "Pacaran setelah menikah"
Mungkin ini manisnya Pacaran Setelah Menikah Pict from : Youtube.com |
Tapi, aku setuju kalau bilang ini film mengenai ambisi dari perempuan yang terkadang terhadang oleh berbakti pada suami, banyak sekali impian dari perempuan ketika sebelum menikah lalu menjadi terhambat oleh adanya pembatas "restu suami". Nah ini konflik yang bagus untuk diangkat, bahwa memang karakter Rangga yang selalu berusaha mendukung istrinya, bahkan sampai berkorban gak melulu tentang ego suami yang harus dilayani pagi hingga malam oleh istri. Garis bawahnya adalah "istri juga bisa berkarya".
Tapi, tentu kodrat wanita tidak bisa dihilangkan begitu saja. Pasti ada muncul rasa suami yang tiba-tiba istrinya mendadak super sibuk sampai dia merasa gak diurusin lagi, akhirnya komunikasi jadi berkurang, muncullah konflik yang dibumbui dengan cemburu.
Momen bikin termehek adalah ketika mas Rangga mengikhlaskan mba Hanum untuk tetap stay di New York menggapai impiannya menjadi seorang Jurnalis, padahal kepengennya mas Rangga itu mba Hanum nemenin dia menyelesaikan disertasinya di Vienna, disini keikhlasan dan kebaktian Istri diuji. Ego dan idealisme ditambah kesakitan hatinya karena dikecewakan oleh mas Rangga akhirnya membuat mba Hanum tetap pada pendiriannya. Yaaah, cewek emang gitu kan kalau udah sakit hatinya gak mau denger, maunya merileks-kan hati dan pikirannya dulu.
Bagaimana mungkin ku raih bintang jika sayapku sebelah tertinggal, (Quotes Mas Rangga untuk Mba Hanum, wiwikwiwkw)
Puncak dari konflik, istrinya ngambek karena cemburu Pict From youtube.com |
Hindari Isu Politik di Film Hanum Rangga
Walaupun katanya ada himbauan untuk kader partai dari bapaknya mba Hanum itu wajib nonton film Hanum Rangga, rasanya gak perlu dipaksa juga kok. Film Hanum Rangga ini cukup bagus walaupun ya rada ambigu di Ending cerita atau bagian tertentu, tapi cukup memberikan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada para suami yang banyak berkorban untuk keluarga.
Gak perlu disandingkan dengan film A Man Called Ahok, karena cerita dari kedua film ini gak bisa dibandingkan, lah Hanum Rangga ini menceritakan tentang hubungan suami istri serta konflik dalam rumah tangga kok, bumbu mengenai kerasnya sebagai jurnalis muslim bekerja di GNTV itu cuma pemanis menurutku, huft.
Gak bisa sobiku tercinta film ini disandingkan dengan karakter murni cerita kehidupan Ahok begituu. Walaupun aku sendiri belum nonton A Man Called Ahok, mau sih asal gratisan? Mungkin ada yang tertarik ajak aku nobar atau kasih job review filmnya? boleh call meeh loh ya sobiku.
Jadi gimana kamu penasaran gak sama film Hanum Rangga, sok ajak suami biar pas nonton bisa ada yang dipeluk-, wikwiwkwiwk
Salam,