Beberapa waktu lalu aku sempat tidak sengaja melihat vlog Fiersa Besari dengan Dzawin Nur, sebelumnya memang ketagihan nonton vlognya Dzawin Nur setelah tau kisah percintaannya yang kandas ditinggal nikah dan memutuskan untuk traveling keliling Indonesia. Semua ini tentang menerima kekecewaan dan sakit hati.
Sebenarnya sudah lama tau tentang Fiersa Besari sebelum dia terkenal di Instagram, kalau dulu sih familiar di Twitter, eh ketauan anak twitter kan. Aku tau kisah perjalanan Fiersa yang kandas percintaannya lalu dia memutuskan juga untuk jalan-jalan. Jadi, apakah sakit hati harus diobati dengan jalan-jalan? belum tentu!.
Akupun punya pengalaman tentang menerima, bukan karena kecewa atau sakit hati. Menerima kalau ternyata akhirnya tidak bersama, gak bukan deket-deket ini. Ini jauh terjadi 10 tahun yang lalu, ketika masih labil dan piyik tapi buatku itu sudah membuatku jauh lebih belajar tentang setia, menjalin hubungan, dan komitmen, walaupun sedikit bandel.
Tepatnya SMA, kalau dibilang cinta monyet bukan, cinta pertama iya tapi ya monyet juga. Aduh, gimana ya hahah. Kalau kamu tau cerita Dilan kurang lebih kesemsem jatuh cinta masa SMA seperti itu, huakakaka.
Momen diintip dari fentilasi dia di lantai 2, berujung nembak minta nomer handphone, lalu berujung diajak pulang bareng, yaah gak jauh beda lah sama Dilan, ini bukan kesemsem lagi ya, itu mantan aing udah nikah gaes.
Eh, bentar. Kalian pernah gak sih ngerasa perasaan tentang kenangan itu udah biasa aja? kalau sekilas kenangan itu terkenang udah terasa senyum-senyum aja. Nah, itulah yang aku rasain kalau inget masa itu. Perasaan itu jauh udah selesai sebelum aku ketemu yang terakhir ini, haha aduh geli.
Jadi, perjalanan cinta itu hanya berjalan satu tahun, tapi manis banget. Percaya, gak sekalipun dia itu ngeluarin kata-kata kasar, cara dia nge-treat aku juga pas sekali ya karena beda dua tahun maklum yah. Tiba-tiba selepas dia lulus dan kuliah, kami lost contact, iyah karena dia sudah ketemu cewek lain, sebenarnya sebelum lost contact memang kita sudah gak ada hubungan apa-apa, tapi kita selalu kembali, gimana yaa waktu itu aku ngerasa kita sama-sama klop.
Sampai akhirnya, aku sudah menerima "its okay" dan mulai membuka diri. Ketika menerima, semua rasa sakit aku nikmatin, uuh pedes gaes, literally pedih. Liat dia posting bareng ceweknya aja mesra bener, rasanya remuk, bayangin itu aku kelas 3 SMA dan ngaruh banget sama kondisi pendidikanku kala itu. Jadi, dedek emesh jangan coba-coba cinta-cintaan kalau tidak berani merasakan pedihnya.
Tapi, lagi-lagi dari situlah aku terbangun jadi jiwa yang mudah menerima, lebih calm down ketika menghadapi sebuah gejolak hubungan, karena aku udah merasakan pedih itu. Terima kasih mantan.
Sampai pada bertemu seseorang lagi dan menemukan kenyamanan itu, kembali titik awal lagi membangun komitmen, jujur aku gak mudah buka diri untuk menyamakan frekuensi, dan kalau sudah ketemu satu titik susah untuk melepas titik itu, itulah aku gaes.
Dari sejak lost contact, sebenarnya mantanku itu masih kepo, terbukti sering lewat jalanan rumahku, dan emang gak sengaja pernah ketemu di depan gang rumah. Kitapun juga sering sharing masalah hubungan percintaan, terakhir dia cerita dengan pacarnya yang dulu jadi penyebab lost contact sama aku, tiba-tiba pacarnya menghilang gitu saja setelah ditemenin dari awal kuliah, cari kerja sampai dapat kerja, ooh karma tidak kemana.
Terakhir contact itu, dan ketauan sama pacarku akhirnya memutuskan untuk menghentikan percakapan. Gak jauh dari itu, dia punya pacar, tunangan lalu sudah menikah dan sekarang punya anak, mungkin sekarang dia baca tulisan ini sekarang. Terima kasih sudah memberikan pelajaran untuk membuat diri ini lebih kuat, ikhlas, dan menerima, semoga kamu selalu bahagia ya.
Terimalah cinta itu, nikmati rasa cinta dan rindu, tapi terima juga ketika rasa kecewa yang menghampiri, atau rasa sakit dari harapan yang sudah melambung tinggi tiba-tiba harus terhempas begitu saja.
Terima kasih luka, sekarang aku harus siap juga menerima luka itu kalau tiba-tiba datang-
Salam,