Pengalaman Melahirkan Normal dengan Induksi Persalinan Obat Minum
Seperti yang disampaikan Dokter kandungan saat kontrol 2 minggu terakhir, “kita coba dulu ya induksi alami, kalau gak berhasil induksi pil obat minum”.
Yups, di usia kehamilan 36 Minggu aku baru balik ke Jakarta. Sesuai rencana, aku dan suami memutuskan untuk melahirkan dede bayi di Jakarta aja dekat dengan Ibuku.
Agak khawatir, karena seharusnya di usia kehamilan tersebut dede bayi sudah turun panggul dan bisa siap (tiba-tiba) melahirkan.
Akhirnya Bidanku di Jogja mengingatkan untuk lebih hati-hati dan juga menyarankanku pakai korset hamil. Tujuannya supaya meyangga perutku, dan mencegah dede bayi turun panggul. Agak ngeri ya kalau tiba-tiba brojol di kereta saat perjalanan, hihi.
Ternyata Berat Badan Bayi Terlalu Besar
Mana nih suara ibu-ibu yang HPL bulan Juni? Dede bayinya besar bukan bu-ibuk?
Setelah sampai Jakarta, dua hari kemudian langsung kontrol ke Bidan Eka Rawajati. Kebetulan disana ada fasilitas USG 4D dan Konsultasi Dokter Kandungan juga.
Pertama kali sih, aku kontrol dengan Dokter Ardi. Tapi, berhubung sudah mendekati HPL akhirnya memutuskan untuk kontrol dengan Dokter Amalia. Ini jaga-jaga, kalau nanti waktu melahirkan ada hal yang tidak diinginkan dan harus didampingi Dokter.
Jangan heran ya, kalau kontrol di Bidan Eka tuh ngantri. Selain murah, Dokter kandungannya juga informatif dan nyaman banget diajak ngobrol.
Nah, saat kontrol tanggal 22 Mei 2021 usia kehamilanku masuk 37 Minggu. Pas dilihat dari hasil USG dengan Dokter, beliau kaget karena bayiku tergolong besar.
Iya saat itu, bayiku berat badannya sudah 3,3kg. Sementara belum ada tanda-tanda persalinan seperti kepala bayi turun panggul, dan kontraksi.
Padahal nih, 4 hari sebelumnya aku kontrol di Bidan Jogja sebelum balik ke Jakarta, berat badan bayi masih 2,8kg.
Wah, Dokter Amalia langsung wanti-wanti aku untuk diet. Kala itu ada catatan juga dari beliau, untuk sering melakukan jalan kali dan induksi alami dengan cara hubungan badan.
Ketawalah aku, soalnya suami udah balik ke Jogja. Otomatis gak bisa melakukan induksi alami dan mengandalkan olahraga, entah itu jalan kali, gym ball, dan yoga.
Terus, Dokter Amalia juga mengingatkan, kalau nanti saat kontrol lagi berat badan bayi naiknya lebih dari 200gr, dan tidak ada tanda persalinan, mau gak mau harus diinduksi.
Hah induksi? Langsung panik dong saat itu. Akhirnya dengan niat yang kuat, dalam seminggu itu diet dan rajin olahraga. Tapi, sayangnya tanda persalinan kaya kontraksi belum muncul juga.
Sampai akhirnya di kontrol terakhir, Dokter langsung kaget bilang “buseet gede bener bayinya, besok langsung induksi ya”
Dalam seminggu berat badan bayi naik 400gr, kata dokter kalau ga segera dikeluarin dan nunggu kontraksi alami bisa lebih dari 4kg. Terus, karena anak pertama bisa bikin robekan makin panjang, wiih serem bun.
Apa Efek Setelah Minum Obat Induksi?
Saat kontrol terakhir itu, aku langsung diresepin 1 tablet obat induksi. Duh, gak tau ya obat yang dikasih namanya apa.
Dokter cuma menjelaskan kalau setelah minum obat induksi ada dua kemungkinan.
Pertama, bisa jadi berhasil dan bisa melahirkan secara normal. Kedua, bisa jadi gagal dan ga ada efek apapun.
Sebenarnya sesuai anjuran Dokter, harus minum obat induksi setelah sarapan dan dilanjutkan 6 jam kemudian.
Tapi, waktu itu aku santai aja. Namanya mau melahirkan, jadi makan enak dulu tuh plus mandi sampoan dulu dan sempet juga nyikatin kamar mandi.
Akhirnya baru minum obat di jam 11.30, untuk dosis yang pertama efek obat minum induksi persalinan ini cuma bikin rileks aja.
Agak mules dikit, tapi masih bisa dibuat tidur, ketawa, makan juga masih nafsu. Sambil nunggu, saat itu aku juga rajin melakukan gerakan-gerakan yoga yang bisa membantu menipiskan rahim dan turun panggul.
Baru lah, efek dosis kedua ini yang bikin jungkir balik. Kebetulan aku baru minum setelah makan sore, dan efek obatnya baru terasa diatas jam 10 malam.
Ini efek setelah minum obat induksi
- Seperti sakit Menstruasi hari pertama tapi lebih parah tingkat sakitnya
- Rasa sakitnya juga gak ada jeda, katanya sih kalau kontraksi alami ada jedanya
- Efek mual dan muntah
Proses Persalinan Normal 24 Jam
Setelah merasakan mules sepanjang malam, dan gak bisa tidur juga, akhirnya jam 6 pagi ke Bidan.
Soalnya pas dipantau lewat aplikasi hitung ritme kontraksi, jaraknya udah deket per-5 menit dan udah ada peringatan harus ke rumah sakit juga.
Nah, setelah dicek sama asisten Bidan ternyata baru pembukaan 1. Hopeless banget dengan rasa sakit yang super sekali, baru pembukaan 1.
Langsung tegang lah saat itu, ditambah lagi saat itu pertama kalinya jari-jari masuk ke Vagina sambil di ubek-ubek, moo nangis.
Akhirnya disuruh pulang dulu, kalau tetep di Bidan bisa kelamaan dan gak nyaman. Bener juga sih, ternyata pas mules-mules di rumah banyak yang nenangin.
Gimana sih Rasanya Mules Kontraksi?
Mungkin, ada yang penasaran kaya aku saat mau melahirkan. Emang rasanya mules kontraksi gimana sih?
Sejujurnya ga bisa detail di gambarin, aku sendiri pas dijelasin sama kakak ternyata gak segampang itu, huahahah.
Yang jelas, saat kontraksi tuh perut mules banget dan pinggang rasanya pegel. Maka itu, ketika lagi ngerasain mules aku selalu minta di-elus pinggangnya dan pegang tangan suami sambil mengatur nafas.
Sambil mules, aku gak diem dan tiduran aja tapi aktif jalan, goyang gymball dan beberapa gerakan yoga. Sedikit mengurangi rasa mulesnya sih, tapi tetep aja kerasa sakitnya.
Entah kenapa, dari pagi sampai mau melahirkan aku sering muntah. Mungkin karena efek begadang atau obat induksinya juga.
Sekitar jam 3 sore, alhamdulillah keluar flek. Rasanya seneng banget pas keluar flek, tandanga makin deket nih. Langsung deh siap-siap ke Bidan, tentunya aku minta ditungguin karena mau mandi dulu.
Tau gak sampai Bidan dan dicek lagi pembukaannya, ternyata baru pembukaan 4. Perjuangan masih panjang, dan ritme mules sakitnya udah makin lama.
Kunci Melahirkan Itu Atur Nafas!
Setelah melahirkan, Bidan sempet bilang kakakku kalau aku ini termasuk pinter dalam mengatur nafas. Pas ngeden terakhir juga gak teriak, lebih tenang di ruang tindakan.
Dari pembukaan 4 sampai lengkap tergolong lama sih jaraknya. Baru masuk pembukaan 7 aja di jam 10, itu juga karena gak sengaja pas ngeden ternyata mecahin ketuban.
Nah, pas mendekati pembukaan lengkap rasanya tuh kaya ada dorongan dari dalam. Terus rasa mulesnya kaya mau buang air besar. Lalu, sempet beberapa kali keluar darah yang mengalir juga.
Waktu detik-detik ini, aku merasakan ada dorongan kuat kaya mau pipis dari dalam vagina. Ternyata ini kepala bayinya turun, tapi karena aku ngeden malah pecah jadinya.
Langsung deh setelah ketuban pecah itu disuruh siap-siap masuk ke ruang tindakan.
Saat pembukaan sudah lengkap, dibantu dengan 3 asisten Bidan, sambil menunggu kepala bayi terlihat, aku dianjurkan tiduran sambil miring kiri.
Jangan ditanya yah rasanya, karena lebih berkali-lipat. Gak tau berapa banyak aku mengucap istighfar sambil megang tangan suami dengan kencang.
Lalu, gak lama setelah ngeden yang ketiga kali asisten bidan sepertinya mulai melihat kepala bayi yang muncul.
Bidan Eka akhirnya datang dan langsung melakukan tindakan. Iya, suntik obat bius dan motong sedikit perineum. Hmm, ngilu bayangin rasa sakitnya lagi.
Pas kepala bayi mulai terlihat, posisi tidurku dirubah jadi terlentang. Yups, siap melahirkan dede bayi.
Kalau gak salah hitungan sih, bayiku keluar saat ngeden panjang yang ke-5. Jadi tuh, udah beberapa kali ngeden tapi selalu gagal karena aku mengeluarkan suara.
Harusnya waktu ngeden panjang ini, gak usah ngeluarin suara tapi ngeden aja kaya mau keluarin pup.
Nah, saat terakhir kali ini suamiku bilang “yuk bisa beb, baca solawat yaa” dan posisi suamiku sampai setengah duduk sambil baca solawat dan fatihah.
Alhamdulillah, gak sadar tiba-tiba keluar bayi beserta ari-ari. Perut langsung kempes, dan terdengar suari tangis bayi.
Aku dan suami langsung saling menatap, duh Gusti tidak ada kenikmatan lain saat itu yang kami rasakan berdua.
Setelah 24 jam berjuang, alhamdulillah bisa melahirkan Atqiya Pramusita. Bayi perempuan dengan berat 3.7kg dan panjang 49cm.
Ternyata begini rasanya perjuangan pertaruhan nyawa seorang Ibu. Gak sampai disitu lelahnya, masih harus sabar dan ikhlas di awal usia bayi bahkan sampai nanti besar.
Semangat ya untuk para Ibu, semoga lillah kita kelak menjadi pengantar surga.