Pedis Care : Merawat Luka dengan Teknologi AI, Merajut Asa Untuk Bangkit
Ulkus Diabetikum, luka borok berbau busuk dan mengeluarkan nanah. Bentuknya yang menjijikkan, kerap menyebabkan penderitanya merasa tidak percaya diri. Setidaknya, 15 sampai 20 persen penderita luka diabetes berisiko tinggi mengalami amputasi.
Keterbatasan penanganan luka diabetes menyebabkan banyaknya pasien harus berakhir di ruang operasi. Pilihannya hanya amputasi, seakan-akan pasien diabetes tidak punya harapan untuk sembuh.
Menurut data Riskesdas tahun 2019, pravelensi penderita Ulkus Diabetikum di Indonesia sekitar 15 persen, angka amputasi 30 persen, selain itu angka kematian 1 tahun pasca amputasi sebesar 14,8 persen.
Bayangkan saja sebagai pasien luka diabetes. Setiap hari harus berhadapan dengan rasa nyeri, bau tidak sedap, ditambah sinisnya orang lain bisa menurunkan rasa percaya diri.
Akibatnya, psikologis juga menyerang yang berujung tidak ada lagi keinginan pasien untuk sembuh.
Kompilikasi penyakit pun akan muncul. Luka setitik yang timbul, tapi bagi penderita diabetes bisa meruntuhkan masa depannya.
Pedis Care Berawal dari Kegelisahan Melihat Luka Pasien Diabetes
Penyakit paling mematikan nomor 3 di Indonesia. Diabetes juga salah satu penyebab cacat fisik terbanyak selain kecelakaan. Risiko komplikasi bisa menyebabkan amputasi kaki akibat kerusakan saraf dan mengurangi aliran darah.
Mirisnya, perawatan luka pasien diabetes yang tepat masih terbatas dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan. Ahmad Hasyim Wibisono, pelopor Pedis Care ini menyaksikannya sendiri.
Ketika pendidikan profesi di rumah sakit, ia melihat adanya keterbatasan kompetensi tenaga kesehatan, alat dan metode perawatan luka pasien diabetes. Ujungnya, rata-rata pasien harus berakhir dengan amputasi.
zoom meeting sharing session bersama Community Writer IDN Media (Sumber : screenshoot) |
“Rata-rata karena di daerah ya, pasien ini harus berakhir di kamar operasi dipotongin kakinya, diamputasi. Nah, itu awal kegelisahan kita ya, apa iya sih tidak ada harapan untuk orang-orang ini?,” Ungkap Hasyim dalam sesi zoom sharing dengan community writer IDN Media.
Hasyim juga melanjutkan kisahnya dengan optimis membangun Pedis Care. Berangkat dari passion, ia ingin memberikan solusi dan harapan baru. Apalagi banyak penderita diabetes masih berusia produktif.
Bermula aktif riset melalui internet, pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya ini menemukan starting point membangun Pedis Care.
Ternyata pada penanganan luka diabetes ada pelatihan, membutuhkan metode, dan alat khusus.
Setelah melanjutkan studi magister keperawatan di Universitas Indonesia. Hasyim melanjutkan khusus tentang pendidikan dan manajemen diabetes di Universitas Flinders, Australia.
Akhirnya, pada tahun 2015 Hasyim bersama 3 rekannya mulai merintis Pedis Care sebagai layanan praktek mandiri perawat dalam bidang perawatan luka kronis.
Sadar dengan perawatan luka diabetes tidak murah. Hasyim juga mendirikan Yayasan untuk menggalang dana.
Tujuannya, agar seluruh lapisan masyarakat khususnya pasien kurang mampu mendapatkan perawatan luka diabetes dan terhindar dari amputasi.
Pedis Care Berhasil Menepis Ancaman Amputasi
Ahmad Hasyim Wibisono, CEO Pedis Care dan salah satu cabang klinik di Kabupaten Malang (Sumber Google map dan Instagram @ahmadhasyimwibisono) |
Pedis Care berhasil mencapai angka rasio kesembuhan luka kronis mencapai 80 persen. Khusus luka diabet kesembuhan mencapai 88 persen dengan rata-rata lama perawatan 11 minggu.
Kunci dari kesembuhan luka kronis adalah alat dan metode yang digunakan. Luka kronis seperi Ulkus Diabetikum penanganannya tidak sama dengan perawatan luka jatuh.
“Sayangnya, alat dan metode ini belum menyentuh rumah sakit. Jadi, di rumah sakit ya masih begitu-begitu aja ngerawatnya,” Papar Hasyim dengan raut wajah kecewa.
Berbeda dengan metode konvensional merawat luka biasa. Metode perawatan Pedis Care menggunakan modern wound care dan modern wound dressing.
Perawatan luka diabetes di Pedis Care melalui 3 tahapan yaitu penyembuhan infeksi, pembersihan luka, dan regenerasi jaringan kulit baru.
Dilansir dari video YouTube, setiap perawatan luka pasien, perawat akan mencuci luka dengan cairan infus atau rebusan daun sirih.
Penyembuhan infeksi pun dilakukan berlapis. Dengan menyemprot disenfektan dengan menggunakan PHMB (Polyhexamethylene Biguanide). Pedis Care juga memiliki alat terapi ozon untuk membantu membunuh bakteri pada luka.
Perawat Pedis Care sedang melakukan pencucian luka pasien diabetes (Sumber : Capture Video YouTube Pedis Care) |
Terapi ozon sangat efektif untuk luka yang memiliki rongga atau goa seperti luka diabetes. Selanjutnya, perawat akan memasukkan Dressing Calcium Alginate pada luka yang berongga.
Dressing ini berfungsi menyerap cairan luka berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah.
Kompetensi perawat luka di Pedis Care tentu sudah memiliki program sertifikasi yang diakui secara nasional maupun internasional.
Terbukti pada setiap video perawatan luka yang dibagikan. Tim Perawat Pedis Care terlihat sangat kompeten, teliti, dan sabar.
Hasyim selaku CEO juga selalu mengawasi setiap perawatan yang dilakukan harus sesuai standar yang digunakan. Tak heran, Pedis Care juga menjadi rekomendasi dari dokter spesialis untuk pasiennya melakukan perawatan lanjutan.
“Rata-rata yang datang justru orang-orang yang sudah dalam kondisi mental desperate. Mereka sudah berobat ke sana kemari, lukanya tambah jelek, bahkan divonis harus amputasi,” Ungkap Hasyim.
Pasien Pedis Care bersama keluarga (Sumber: pediscare.com) |
Pedis Care juga menciptakan bonding kuat dengan pasien dan keluarganya. Tidak hanya merawat luka dengan tepat, perawatnya juga memberikan energi positif melalui motivasi dan edukasi.
Keluarga pasien pun tidak perlu merasa khawatir. Pasien juga tersenyum karena ada secercah harapan untuk bangkit meraih masa depan.
Teknologi AI Menghasilkan Treatment Lebih Efektif
Luka diabetes umumnya ditemukan dengan ukuran yang besar. Kondisi luka dari setiap pasien juga seringnya berbeda. Dengan begitu, dibutuhkan strategi khusus berdasarkan analisa dan penilaian dari perawat kompeten di bidangnya.
Fakta tentang pravelensi penderita Ulkus Diabetikum (olah gambar oleh Farhati Mardhiyah dari Instagram @pedis_care) |
Ternyata untuk menganalisa luka membutuhkan waktu cukup banyak. Belum lagi adanya perbedaan banyak pendapat antara perawat kompeten satu dengan yang lainnya.
Hal ini mendorong Hasyim untuk mencari solusi tepat agar pasien Pedis Care bisa mendapatkan perawatan lebih optimal dan akurat. Hasyim pun bertemu dengan developer.
Beruntung, adanya teknologi AI (Artificial Intelligence) bisa memberikan solusi Pedis Care dalam menentukan strategi perawatan lebih efektif.
“Standar perawatan luka diabet kami harus diukur panjang, lebarnya, kondisi luka kaya gimana, kedalamannya, itu nanti akan menentukan strategi perawatannya sekaligus progres perawatannya,” Tegas Hasyim saat menjelaskan implementasi teknologi AI pada perawatan luka pasien Pedis Care.
Inovasi teknologi AI pada aplikasi android sangat membantu Pedis Care dalam melakukan perawatan tidak berlarut lama. Cukup dengan foto dan video beberapa saja, teknologi AI akan menganalisa dengan akurat dimensi lukanya.
Perawat pun bisa langsung melakukan evaluasi progres penyembuhan melalui grafik yang muncul. Aplikasi Pedis Care juga membantu memberikan edukasi keluarga pasien melalui data progres setiap penangan luka pasien.
Atasi Fenomena Diabetes Dari Hulu
Luka pada pasien diabetes ternyata bisa muncul dari hal sepele. Alas kaki terlalu sempit, bisa menyebabkan lecet. Untuk penderita diabaetes, luka sekecil apapun di telapak kaki bisa berbahaya.
Diabetes bisa mempersempit pembuluh arteri, akibatnya bisa mengurangi aliran darah ke kaki. Dengan kurangnya darah, luka kecil yang tersembunyi pun bisa cepat berkembang menjadi luka besar yang parah dan mengalami infeksi.
Pengalaman pasien Pedis Care lah yang mendorong Hasyim juga untuk membuat produk sandal diabetes. Tujuannya agar penderita tidak luka, menghindari komplikasi seperti luka parah yang berisiko amputasi.
Riset pasar juga dilakukan Hasyim untuk mengembangkan produk aplikasinya. Seiring berjalannya waktu, ternyata kebutuhan pasien tidak hanya merawat luka kronis saja.
Apalagi saat pandemi menyerang, rumah sakit dibatasi, rawat inap dikurangi, banyak pasien tercecer di rumah.
Capture slide presentasi Ahmad Hasyim Wibisono mengenai impian Pedis Care |
“Kita punya big dream, ingin menjadi national leader dalam hal home care dan digital health education platform,” Ujar Hasyim dengan semangat sembari memperlihatkan slide presentasinya.
Dalam 4 bulan, melalui kolaborasi dengan rakanan Malaysia, Pedis Care meluncurkan layanan Home Care dengan nama Pedis Care Giver.
Sejalan dengan realitas penyakit diabetes. Fenomena yang terjadi, akibat komplikasi penyakit ini menjadi beban biaya sistem pelayanan kesehatan cukup besar.
Komplikasi gagal ginjal misalnya, pemerintah harus membayar tiap pasien yang rutin melakukan cuci darah. Belum lagi operasi amputasi kaki akibat luka diabetes juga besar biayanya.
Atasi dari hulu dengan perawatan kesehatan dari rumah adalah solusinya. Tak sedikit, pasien yang kembali ke rumah mengalami loss control perawatan kesehatannya.
Pedis Care Giver hadir dengan fitur layanan home care yang lengkap. Dari perawat jaga 24 jam, fisioterapi, konsultasi dokter, rental alat kesehatan, peresepan obat, dan kerjasama laboratorium.
Semangat Pedis Care juga disalurkan melalui program pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. Agar metode khusus perawatan luka yang diterapkan tersentuh hingga pelosok negeri.
Hasyim bersama 50 personel lainnya juga aktif memberikan pelatihan offline maupun online. Pedis Care juga aktif membuat edukasi di kanal media sosial.
Kontribusi Pedis Care memberikan dampak besar pada masa depan kesehatan masyarakat Indonesia. Khususnya menyelematkan banyak pasien diabetes dari bayangan kelam amputasi.
Ahmad Hasyim Wibisono menerima apresiasi Satu Indonesia Awards Tahun 2019 (Sumber : Instagram @ahmadhasyimwibisono) |
“Awal merintis Pedis Care, banyak yang tidak tau dengan produk kami. Jadi, fokus kita ya terus mengedukasi masyarakat. Efeknya terasa sekali, sampai tidak hanya dokter umum tapi para Prof juga merujuk konsultannya ke kita,” Ungkap Hasyim yang ingin melakukan ekspansi Pedis Care ke Kota Besar.
Gagasan Hasyim ini membawa Pedis Care meraih penghargaan. Diawali pada tahun 2019, Pedis Care meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards di bidang kesehatan.Terhitung sampai akhir tahun 2023 ini, Pedis Care meraih 3 penghargaan lainnya.
Sumber Bahan Tulisan: